TOTABUAN.CO Jakarta – Menipisnya lapisan ozon memicu meningkatnya radiasi ultraviolet matahari terutama UV-B yang mampu mencapai permukaan bumi. Oleh sebab itu menjadi sangat penting untuk untuk melakukan proteksi diri dari bahaya sinar ultraviolet UV-B. Indonesia sebagai negara tropis memiliki potensi sinar matahari yang tinggi dalam 12 jam setiap harinya. Sehingga dampak negatifnya terhadap kesehatan dapat dicegah sejak dini.
Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan dan Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Arief Yuwono mengatakan dampak penipisan lapisan ozon bagi kesehatan seperti kulit terbakar, pengaburan kornea dan katarak mata, penurunan daya tahan tubuh (imunitas) dan kanker kulit. Di Punta Arenas, Chili terjadi peningkatan kasus kanker kullit. 66 persen sepanjang tahun 1994-2004.
“Penuaan dini juga menjadi dampaknya. Tanda ketuaan tidak sesuai usia, kerut, flek, kusam, kering, kasar, lebih tua dari usia hal ini karena pengaruh lingkungan terutama sinar UV,” katanya di sela-sela temu media peringati Hari Ozon Internasional 2014, di Pusat Peraga Iptek, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Rabu (10/9).
Untuk itu perlu dilakukan upaya perlindungan bagi tubuh. Caranya bisa dengan menghindari berjemur di bawah sinar matahari yang terik pada jam 9-3 sore. Menggunakan baju yang mampu menangkal sinar UV serta tabir surya topikal. Kerusakan ozon di lapisan stratosphere yang berada di ketinggian 50 kilometer dari bumi semakin mengkhawatirkan. Masyarakat pun diminta untuk memulai aksi penyelamatan ozon dengan tidak membeli barang-barang dan perangkat elektronik yang mengandung bahan perusak ozon (BPO).
Disadari atau tidak, saat ini banyak produk-produk rumah tangga seperti pendingin ruangan (AC), kulkas, perangkat elektronik dan alas lantai yang difumigasi mengandung BPO.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun mengungkapkan bahwa 90 persen kanker kulit disebabkan paparan sinar matahari. Tahun 2005, 70 persen kasus katarak karena penipisan lapisan ozon.
Sumber: beritasatu.com