TOTABUAN.CO – Para pemilih di negara bagian Wisconsin mulai memberikan suara dalam pemilihan pendahuluan atau primary presiden Amerika Serikat (AS). Para penantang dari Partai Republik, Donald Trump dan Partai Demokrat, Hillary Clinton bersiap memenangkan perebutan suara di negara bagian ini.
Ini merupakan perlombaan penting pertama setelah jeda selama 10 hari untuk menjalani proses penentuan nominasi calon presiden yang diusung masing-masing partai dalam pemilihan umum (pemilu), pada 8 November 2016.
Sebelumnya Trump dan Clinton diperkirakan memiliki peluang kecil untuk bersaing memenangkan suara delegasi dengan para pesaingnya di negara bagian Midwestern Wisconsin yang menggelar pemungutan suara, Selasa.
Sementara itu, pesaing ketat Trump, Senator Ted Cruz terlihat mengincar suara di negara bagian Wisconsin karena dipandang sebagai tembok pelindung penting dari sang miliarder, demi meraih kemenangan nominasi langsung.
Untuk memadamkan kampanye Cruz maka Trump sebaiknya merebutt kemenangan mengejutkan di negara bagian yang dijuluki sebagai Negara Badger. Di sisi lain, Trum adalah sosok yang mengendarai gelombang kemarahan anti kemapanan.
“Jika kita melakukannya dengan baik di sini maka ini akan berakhir,” tegas Trump dalam kampanye yang dilakukan di kota La Crosse.
Tidak hanya Trump yang berisiko kehilangan suara di Wisconsin, Clinton pun berada di posisi yang sama karena dia dihadapkan pada lonjakan suara yang diperoleh Bernie Sanders, setelah memenangkan lima dari enam perlombaan terakhir.
Akan tetapi April terbukti menjadi bulan yang cerah bagi mantan menteri luar negeri AS ini. Pasalnya, dia memimpin suara di atas Sanders sebanyak dua digit di New York, yang dijadwalkan menggelar pemungutan suara 19 April, dan di Pennsylvania, yang dijadwalkan melaksanakan pemungutan suara sepekan kemudian.
Trump (69 tahun) sendiri berhasil menang mudah di banyak negara bagian tersebut.
Wisconsin adalah tempat kelahiran Partai Republik dan negara bagian itu pandang sebagai lokasi atau Ground Zero bagi gerakan anti-Trump.
Yang akan menghentikan Trump di sana adalah dukungan yang diperoleh Cruz (45 tahun), senator konservatif dari Texas.
Namun menurut profesor dari University of Iowa, Timothy Hagle, kepada AFP, bagi Cruz, ini adalah kemenangan yang penting dan bagi Trump ini bukanlah kekalahan penting.
Akan tetapi, Trump sepertinya telah mengendalikan kerusakan yang terjadi, pada pekan terakhir ini.
Meskipun kampanye yang dilancarkan baru-baru ini sepertinya tak tergoyahkan, namun pernyataan kontroversial terbarunya tentang aborsi serta saling ejek hingga menyeret istri Cruz, di mana menurut wartawan istri Cruz telah diserang oleh manajer kampanye Trump – Trump telah me-retweet sebuah foto tak menyenangkan dari istri Ted Cruz. Alhasil, berdasarkan hasil jajak pendapat para pemilih perempuan semakin terasingkan dengan tindakan Trump.
sumber:beritasatu.com