TOTABUAN.CO – Presiden Amerika Serikat Barack Obama beserta keluarganya tiba di Havana, Kuba, dalam kunjungan kenegaraan pada. Ini adalah kunjungan Presiden AS yang pertama ke Kuba dalam 88 tahun, sekaligus pembuka babak baru hubungan dua negara.
Obama mendarat di bandara Havana, disambut oleh Menteri Luar Negeri Kuba Bruno Rodriguez. Dalam akun Twitternya, Obama menandai kunjungannya di Kuba dengan kalimat “Que bole Cuba” atau yang berarti “apa kabar?” dalam bahasa slang Kuba.
Tidak disambut oleh Presiden Kuba Raul Castro, Obama tidak mempersoalkannya. Namun di AS, kandidat calon presiden Partai Republik Donald Trump mengatakan itu adalah bentuk “ketidakhormatan” terhadap presiden AS.
Dari atas pesawat Air Force One juga turun keluarga Obama, terdiri dari istrinya Michelle dan dua putrinya, Sasha dan Malia, masing-masing memegang payung di tengah hujan rintik sore itu.
Obama adalah presiden AS pertama yang mengunjungi Kuba setelah kelompok gerilyawan komunis pimpinan Fidel Castro menggulingkan pemerintah Fulgencio Batista yang disokong Washington tahun 1959. Presiden AS sebelumnya yang bertandang ke Havana adalan Calvin Coolidge tahun 1928.
“Presiden Coolidge datang dengan kapal perang, butuh waktu tiga hari untuk sampai di sini. Saya hanya butuh tiga jam,” ujar Obama berkelakar dalam pertemuan dengan para staf Kedutaan AS di Havana.
Kedutaan AS di Havana kembali dibuka setelah berpuluh tahun tutup. Ketegangan AS-Kuba sedikit luntur setelah kedua negara sepakat menormalisasi hubungan pada 2014. Kerja sama kembali dicanangkan, mulai dari telekomunikasi hingga penerbangan langsung.
Walau sebagian embargo ekonomi masih diterapkan, namun kunjungan kali ini dianggap simbol bagi kembali akurnya AS-Kuba. Lawatan ini juga jadi warisan luar negeri Obama setelah dia tidak lagi menjabat presiden tahun depan.
“Ini adalah kunjungan bersejarah dan kesempatan bersejarah,” kata Obama.
Beberapa jam sebelum Obama mendarat di Havana, polisi sibuk menangkapi para demonstran wanita. Kelompok yang menamakan diri “wanita Berbaju Putih” terdiri dari para istri tahanan politik yang menuntut HAM.
Sedikitnya 50 orang ditahan oleh polisi saat itu. Kuba dengan pemerintahan komunisnya dinilai otoriter dan represif terhadap lawan politik. Para rival politik Castro rencananya akan bertemu dengan Obama dalam sebuah kesempatan tertutup.
Setelah mengunjungi Kedutaan AS, Obama berkeliling di Kota Tua Havana, bertemu dengan Uskup havana, Jaime Ortega, yang membantu memfasilitasi pembicaraan rahasia kedua pemerintahan.
Menyambut kedatangan Obama, Kota Tua Havana dihias dengan bendera-bendera AS, bintang dan garis. Pemandangan ini bagi sebagian masyarakat Kuba sangat janggal, pasalnya selama puluhan tahun mereka dicekoki paham bahwa AS adalah negara imperialis yang menjadi musuh semua orang.
“Sejak saya kecil, saya mendengar kisah soal revolusi dan cerita ini benar-benar soal permusuhan terhadap AS. Ini adalah saat bersejarah. Saya kira masa depan akan berubah,” kata Ariel Hernandez, 42, warga Havana.
Rencananya Obama akan melakukan pembicaraan dengan Presiden Kuba Raul Castro pada Senin wakt setempat. Pada Selasa, Obama akan menonton pertandingan baseball sebelum pulang ke negaranya.
Namun yang paling ditunggu adalah pidato Obama yang akan disiarkan di stasiun televisi Kuba. Pemerintah Castro memastikan pidato tersebut tidak akan membicarakan soal demokrasi.
Gedung Putih berkata lain. Penasihat keamanan presiden, Ben Rhodes, menegaskan masalah demokrasi dan kebebasan rakyat akan jadi topik dalam pidato.
sumber:cnnindonesia.com