TOTABUAN.CO-Liga Arab menetapkan Hizbullah seorang kelompok “teroris,” menyusul penetapan serupa dari negara-negara Teluk pada pekan lalu. Penetapan ini terjadi di tengah memburuknya hubungan Iran, yang mendukung kelompok Syiah Hizbullah, dengan Arab Saudi yang merupakan salah satu negara besar dalam Dewan Kerja Sama Teluk (GCC).
Negara Teluk mengecam gerakan Hizbullah yang mendukung pemerintah Bashar al-Assad dalam perang Suriah. Selain itu, penetapan ini terjadi Riyadh memutuskan hubungan dengan Teheran menyusul pembakaran kantor kedutaan Saudi di Teheran setelah Saudi mengeksekusi seorang ulama Syiah terkemuka.
Keputusan itu juga diumumkan tak lama setelah pidato pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah yang menyatakan bahwa Arab Saudi telah mendorong Libanon ke fase konflik politik baru dengan menangguhkan paket bantuan kepada tentara Lebanon.
Keputusan Liga Arab disahkan oleh mayoritas menteri luar negeri dari pan-Arab kecuali Libanon dan Irak yang menyatakan “keberatan,” menurut diplomat Bahrain, Wahid Mubarak Sayar.
“Resolusi Dewan Liga Arab (dari menteri luar negeri) termasuk penunjukan Hizbullah sebagai kelompok teroris,” katanya sembari membacakan pernyataan di markas Liga Arab di Kairo.
Sayar memaparkan bahwa Aljazair menyatakan akan mengamati keputusan, meskipun ia tidak memberikan rincian terkait hal itu.
Dia mengatakan resolusi Liga Arab mengecam “campur tangan Iran” dalam “urusan internal” negara-negara Arab, termasuk Bahrain yang diperintah oleh Muslim Sunni namun mayoritas penduduknya merupakan Syiah.
Januari lalu, Bahrain yang merupakan anggota GCC menyatakan telah membongkar sel “teroris” yang diduga terkait dengan Pengawal Revolusi Iran dan Hizbullah.
Saudi dan sejumlah negara Teluk juga menuduh Iran mendukung pemberontak Syiah Houthi di Yaman, serta berusaha untuk mengacaukan rezim mereka sendiri.
Mereka juga mengecam aliansi rezim Suriah dengan Hizbullah namun mendukung kelompok pemberontak yang berjuang menggulingkan pemerintahan Assad sejak 2011.
Meski demikian, Irak menolak untuk mendukung keputusan itu. Menteri Luar Negeri Irak, Ibrahim al-Jaafari menolak mencap Hizbullah sebagai kelompok teroris, sehingga memicu delegasi Saudi untuk meninggalkan ruangan sebagai tanda protes.
Dalam sambutannya di televisi Mesir, CBC Extra, Jaafari memuji pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah yang “berjuang menghadapi terorisme dan Israel dengan keberanian.”
sumber:cnnindonesia.com