TOTABUAN.CO – Angkatan Udara Amerika Serikat telah mengirimkan tiga pesawat pembom siluman B-2 ke Asia Pasifik.
Pesawat seharga US$1,15 miliar itu dikirim dari Pangkalan Udara Whiteman di Missouri, dan “akan mengintegrasikan serta melakukan latihan bersama angkatan udara para sekutu dan mitra, serta melakukan pengecekan komunikasi radio dengan pusat operasi udara AS,” menurut pernyataan Komando Strategis AS tertanggal 9 Maret lalu.
Pengerahan bomber ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan dengan Korea Utara yang menguji dua rudal jarak pendek Kamis (10/3) dan sebelumnya juga mengklaim telah memiliki hulu ledak nuklir yang dikecilkan ukurannya sehingga bisa dibawa rudal balistik.
Tindakan Korut itu sebagai reaksi atas latihan perang AS-Korea Selatan yang melibatkan ribuan prajurit.
Selain itu hubungan AS dengan Tiongkok memanas setelah Beijing menegaskan klaimnya atas wilayah sengketa di Laut China Selatan dengan membangun pelabuhan dan landasan pesawat di pulau-pulau di sana.
“Berbagai peristiwa belakangan ini menunjukkan masih perlunya kekuatan udara yang konsisten dan kredibel di seluruh kawasan Indo-Asia-Pasifik,” kata Komandan Angkatan Udara Pasifik AS Jend. Lori J. Robinson dalam pernyataan persnya.
Ketika berkunjung ke Australia Selasa (8/3) lalu, Robinson menyerukan negara itu dan negara-negara lain di kawasan untuk membela haknya terbang di atas Laut China Selatan.
“Kami mengimbau siapa saja di kawasan ini dan juga di seluruh dunia untuk terbang dan berlayar di wilayah udara internasional sesuai dengan norma dan aturan internasional,” kata Robinson.
“Kami mengimbau semua negara untuk melakukan itu, seperti yang sedang dilakukan Amerika Serikat.”
Awal bulan ini, Angkatan Laut AS mengirim kapal induk USS John S. Stennis ke Laut China Selatan, di mana kapal-kapal Tiongkok beroperasi di dekatnya.
Angkatan Udara AS tidak menyebutkan di mana persisnya tiga pesawat B-2 mereka akan beroperasi, atau berapa lama berada di sana.
Armada Angaatan Udara AS memiliki 20 pembom B-2. Pesawat bermesin empat ini diterbangkan oleh dua pilot dan bisa membawa bom konvensional maupun nuklir. Pesawat ini mulai dioperasikan sejak 1997.
sumber:beritasatu.com