TOTABUAN.CO – Menjadi pasukan Wanteror Brimob bukan perkara mudah. Membutuhkan latihan dan fisik yang kuat serta mental yang teruji. Hal ini karena pasukan ini akan dihadapkan dengan aksi-aksi teror dan bahkan bom membutuhkan nyali yang tangguh.
Pasukan Wanteror yang memiliki moto Cepat dan Tepat tentu membutuhkan kedisiplinan, keberanian, kecermatan dan ketangguhan secara fisik. Beraksi cepat dalam setiap gerakan menjadi modal utama pasukan Wanteror ini yang memang dilatih secara khusus.
Meskipun penuh tantangan dan juga selalu dilatih bergerak cepat dan tepat sesuai dengan moto detasemen Gegana Wanteror ini, tidak membuat Bripda Nina Octoviana (22) menghalangi gadis asli Aceh bergerak, meskipun menggunakan jilbab.
Ya, Bripda Nina Octoviana adalah wanita pertama dan satu-satunya polwan yang kini masuk anggota Brimob anti teror di Banda Aceh. Meski berparas cantik lengkap dengan kerudung, Bripda Nina ternyata sangat terlatih untuk menghadapi teror.
Lalu bagaimana cerita Bripda Nina bisa menjadi anggota Brimob anti teror? berikut ulasannya?
Bripda Nina juga putri ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Ismail dan Mawarni ini berasal dari Kecamatan Samahani, Kabupaten Aceh Besar terlahir bukan dari keluarga besar polisi atau TNI. Tetapi ayahnya hanya seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ibunya hanya sebagai ibu rumah tangga.
Saat ditemui merdeka.com di markas Gegana Brimob Polda Aceh, Senin (2/1), Bripda Nina Octoviana yang akrab disapa Nina menggunakan seragam hitam tidak terlintas seperti seorang perempuan. Saat memegang senjata dan terselip pistol di pinggangnya, Nina terlihat lincah bergerak saat memperagakan sedang menghadapi teror.
“Saya memang cita-cita ingin menjadi anggota Brimob, karena saya suka tantangan,” kata Bripda Nina Octoviani.
Dara asli Aceh kelahiran Samahani, 24 Oktober 1993 ini mulai bergabung dengan Polisi Wanita (Polwan) di Polda Aceh medio Januari 2014 dan ditempatkan di Polda Aceh. Kemudian pada bulan Juni 2014 juga Nina ditugaskan di Brimob Aceh.
Lantas Nina pun meminta kepada Kepala Detasemen (Kaden) untuk ditempatkan dalam pasukan. Mulanya Nina hendak ditempatkan di staf biasa, namun Nina mengaku ingin ditempatkan dalam pasukan wanteror yang memiliki tantangan.
“Saya minta sendiri masuk dalam pasukan, memang benar ada rencana ditempatkan di staf, tapi saya minta di pasukan,” tegasnya.
Menurut Bripda Nina, ilmu di pasukan Wanteror menarik dan penuh tantangan. Bahkan wanita berwajah cantik ini berkeinginan bisa terlibat langsung bila ada terjadi teror. Dia ingin merasakan langsung tantangan tersebut saat operasi sesungguhnya di lapangan.
“Sekarang memang belum pernah terjun langsung, karena saya baru bergabung di sini, tetapi saya ingin sekali terlibat langsung,” ujar Bripda Nina.
Menjadi pasukan Wanteror akan berhadapan dengan aksi-aksi teror yang harus mempertaruh nyawa. Baik aksi teror maupun bom harus selalu di hadapi. Namun bagi orang tuanya tidak mempermasalahkan, selalu mendapat dukungan dari keluarga besarnya.
“Ayah sama Ibu tidak mempermasalahkan, selalu mendukung saya,” imbuhnya
Menjadi pasukan Wanteror Brimob bukan perkara mudah. Membutuhkan latihan dan fisik yang kuat serta mental yang teruji. Pasalnya pasukan ini akan dihadapkan dengan aksi-aksi teror dan bahkan bom membutuhkan nyali yang tangguh.
Pasukan Wanteror yang memiliki moto Cepat dan Tepat tentu membutuhkan kedisiplinan, keberanian, kecermatan dan ketangguhan secara fisik. Beraksi cepat dalam setiap gerakan menjadi modal utama pasukan Wanteror ini yang memang dilatih secara khusus.
Meskipun penuh tantangan dan juga selalu dilatih bergerak cepat dan tepat sesuai dengan moto detasemen Gegana Wanteror ini. Tidak membuat Bripda Nina Octoviana (22) menghalangi gadis asli Aceh bergerak, meskipun menggunakan jilbab.
Hijab baginya sudah menjadi bagian dari busana yang ia kenakan setiap hari. Setiap saat, hijab selalu melekat menutup seluruh rambutnya dan dia mengaku tidak pernah menanggalkan hijab, meskipun sedang latihan dan bertugas.
“Tidak masalah dengan jilbab, tidak menghalangi tugas,” kata Bripda Nina Octoviana, Senin (2/2) di markas Gegana Brimob Polda Aceh.
Bripda Nina tidak pernah menanggalkan hijab, karena Nina sadar, ini merupakan indentitas Aceh yang beragama Islam wajib menggunakan hijab. Sehingga dia selalu mempertahankan jilbab walau dalam kondisi apapun.
Pengakuan Bripda Nina ini juga diakui oleh komandannya Kepala Detasemen (Kaden) Kompol Asnawi yang turut didampingi Kepala Sub Detasemen I (Kasubden I) AKP Akmal. Menurut Kompol Asnawi, dirinya tidak pernah melihat rambut gadis Aceh ini.
“Saya sendiri tidak pernah melihat bagaimana bentuk rambut dia, apa keriting atau lurus, karena memang tidak pernah melepaskan jilbab,” terang Kompol Asnawi di markas Gegana Brimob Polda Aceh.
Kompol Asnawi sendiri tidak pernah meminta Bripda Nina untuk melepaskan jilbab baik saat latihan maupun bertugas. Karena dari amatannya, tidak menghalangi tugasnya sebagai anggota Wanteror yang membutuhkan kecepatan dan ketepatan.
Perjalanan Bripda Nina Oktoviana (22) menjadi pasukan Wanteror di Gegana Brimob Polda Aceh bukan perkara mudah. Bahkan saat dia berkeinginan ditempatkan dalam pasukan, justru Kepala Detasemen (Kaden) sempat meragukan kemampuannya.
Keraguan Kaden Gegana, Kompol Asnawi ini bukan tidak memiliki alasan. Bripda Nina Oktoviana seorang perempuan yang memiliki paras yang cantik dan lembut. Tentunya meragukan kemampuan fisiknya, karena pasukan Wanteror membutuhkan fisik yang prima.
“Saya sempat ragu saat Nina minta masuk dalam pasukan, karena dia seorang perempuan, untuk menjadi pasukan Wanteror butuh fisik yang kuat,” kata Kompol Asnawi, Senin (2/2) dalam ruang kerjanya.
Bripda Nina mulanya lulus menjadi Polisi Wanita (Polwan) Januari 2014 dan langsung ditempatkan di Mapolda Aceh. Setelah bertugas di Polda sekitar 6 bulan, pada Juli 2014 Bripda Nina ditugaskan di Brimob Aceh.
Kompol Asnawi kemudian menawarkan Bripda Nina pada posisi staf di markas Gegana Brimob yang ada di Lingke, Banda Aceh. Namun, Bripda Nina menolak dan meminta untuk ditempatkan dalam pasukan Wanteror.
“Bripda Nina menolak ditempatkan sebagai staf, dia ingin ditempatkan dalam pasukan, lalu saya koordinasi sama Kasat Brimob dan menyetujuinya,” tegasnya.
Setelah Bripda Nina bergabung dengan pasukan Wanteror yang berjumlah 45 personel, satu-satunya perempuan adalah Bripda Nina. Kemudian Kompol Asnawi melihat ada kemampuan yang lebih terdapat pada Nina saat setiap latihan.
Meskipun dia perempuan, Kompol Asnawi memantau setiap latihan mampu mengimbangi fisik anggota Wanteror yang laki-laki. Justru keberadaan Bripda Nina seorang perempuan dalam pasukan Wanteror menjadi pemantik semangat anggota lain semua laki-laki.
“Jadi dengan adanya Bripda Nina, jadi pemicu semangat pasukan laki-laki lainnya, perempuan aja bisa, mengapa laki-laki tidak,” tegasnya.
Saat latihan, katanya, pasukan Wanteror ini tidak membedakan laki-laki dan perempuan, diberlakukan saat latihan berlangsung. Karena menjadi pasukan Wanteror bukan pekerjaan mudah. Pasukan ini nantinya akan berhadapan dengan aksi teror, bom. Sehingga pasukan ini harus benar-benar terlatih dan mesti bergerak gesit sesuai sesuai dengan moto Wanteror cepat dan tepat.
Meskipun demikian, Bripda Nina tidak pernah mengeluh dan menyerah saat latihan berlangsung. Justru semangat Bripda Nina saat latihan tidak ubahnya seperti fisik laki-laki lainnya yang siap bertempur melawan teror setiap saat.
“Dalam pasukan Bripda Nina termasuk pasukan yang cerdas, cepat tanggap sesuai arahan pelatih,” imbuhnya.
sumber: merdeka.com