TOTABUAN.CO- Tahun ini Knight berencana mundur dari jabatannya sebagai Chief Executive Officer Nike. Namun, jasa dan warisannya akan tetap terjaga.
Business Insider, Senin (31/8/2015), merangkum kisah kesuksesan pria berusia 77 tahun itu:
1. Pria kelahiran 24 Februari 1938 ini menyelesaikan studi strata pertamanya di Universitas Oregon dengan jurusan jurnalistik. Setelah setahun bertugas menjadi tentara, ia kembali ke kampus mengambil master di bidang administrasi bisnis di Universitas Stanford.
2. Ketika di Stanford, Knight menemukan ide membuat perusahaan sepatu bernama Blue Ribbon Sports. Ia mengajak teman satu kampusnya di Oregon, Bill Bowerman, dalam bisnis ini. Masing-masing memasukkan modal awal sebesar US$ 500.
3. Strategi Blue Ribbon Sports awalnya mengimpor sepatu asal Jepang, Onitsuka Tigers, dan menjualnya dengan harga tinggi di AS. Tapi Bowerman punya ide untuk memproduksi sepatu sendiri. Pada 1971 ide itu terwujud. Blue Ribbon Sports tetap berada di pasar Asia dengan memproduksi sepatunya di sana untuk mengurangi biaya.
4. Pada 1971, Blue Ribbon Sports berganti nama menjadi Nike. Sepatu buatan Nike kala itu sangat terkenal di kalangan para atlet profesional.
5. Pada 1972, Nike memproduksi sepatu Nike Cortez. Logo Nike yang terlihat seperti tanda centang muncul pertama kali pada samping sepatu tersebut.
6. Di era 1970-1980an Nike sangat populer. Pendapatannya dari US$ 28,7 juta di 1973 menjadi US$ 867 juta di 1983.
7. Perusahaan meluncurkan seri sepatu Air Force 1 di 1982. Sepatu ini memakai teknologi kantong udara pada bagian alasnya untuk memberikan kenyaman bagi para pemain basket. Sepatu ini sangat populer dan masih terjual jutaan pasang setiap tahunnya.
8. Salah satu keberhasilan Knight adalah membuat kontrak dengan pemain basket Michael Jordan. Dari sinilah muncul sepatu Nike seri Air Jordan. Keduanya melakukan kesepakatan pada 1985, ketika Jordan masih menjadi bintang basket di kampus.
9. Air Jordan mulai dijual pada Maret 1985 seharga US$ 65 per pasang. Dua bulan kemudian, Nike telah meraih pendapatan US$ 70 juta dari penjualan sepatu ini.
10. Pada pertengahan 1980an, perusahaan mulai menunjukkan penurunan penjualan. Knight menyadari harus ada perubahan drastis. Nike tidak seharusnya eksklusif disukai para atlet ternama, tapi juga masyarakat umum yang bahkan tidak berolah raga.
Knight kemudian mengubah orientasi perusahaan dari berbasis produk menjadi pemasaran. Produknya menjangkau masyrakat umum. Pada akhir 1991, perusahaan bangkit kembali dan berhasil meraih penjualan sebesar US$ 3 miliar. “Yang paling penting kami memasarkan produk,” katanya dalam sebuah wawancara di 1992. “Elemen desain dan karakteristik fungsi produk hanya sebagian kecil dari proses pemasaran.”
11. Pada 1990an Nike menghadapi tantangan lebih berat. Perusahaan mendapat sorotan karena tidak menerapkan sistem kerja yang baik untuk para buruhnya. Banyak konsumen Nike melaku
kan protes dan boikot.
Penjualan jatuh ke titik terendah pada 1998, sehingga Nike banyak memecat karyawannya. Knight, yang menjadi CEO kala itu, melakukan langkah drastis lagi. Ia menaikkan upah minimum buruh, mengubah jam dan tempat kerja menjadi lebih manusiawi. Nike kemudian berhasil menaikkan penjualan.
12. Sampai sekarang Nike tetap menjadi produsen produk olah raga terbesar di dunia. Ia memiliki pangsa pasar 62 persen di AS dan pendapatan per tahun bisa mencapai US$ 30 miliar.
Selama 51 tahun mengembangkan Nike, Knight memiliki kekayaan US$ 21,6 miliar. Ia akan mundur dari jabatannya sebagai pemimpin Nike tahun ini.
(Elsa/Ndw)
Sumber;liputan6.com