TOTABUAN.CO — Formasi Kabinet Kerja bentukan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dinilai sudah sesuai dengan ekspektasi publik. Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto mengatakan, menteri-menteri di pos ekonomi yang banyak diisi profesional memberikan sinyal positif bagi pasar.
“Yang penting mereka bisa kompak dan solid di bawah menko perekonomian,” ujarnya Minggu (26/10).
Sedangkan Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan, fungsi koordinasi memang sangat penting. Apalagi, banyak pekerjaan di sektor ekonomi yang sifatnya lintas kementerian, sehingga semua harus bekerja bersama-sama. “Karena itulah, nama kabinetnya Kabinet Kerja, supaya bisa cepat kerja kerja kerja,” katanya.
Namun, Sofyan belum bersedia menjelaskan program-program yang akan dijalankan. Sebab, semua program baru akan dipaparkan kepada Presiden Jokowi dan Wapres JK saat sidang kabinet usai pelantikan hari ini.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengungkapkan hal sama. Dia belum bisa menjelaskan program ke depan. Yang jelas, kata dia, dirinya sebagai menteri keuangan akan berupaya menyeimbangkan ekonomi makro dan mikro.
“Mudah-mudahan di bawah (koordinasi) Pak Sofyan, bisa lebih baik, karena yang paling penting adalah koordinasi,” ucapnya.
Menteri-menteri lain juga masih enggan menyebut program-programnya. Mulai dari Menteri Perindustrian Saleh Husin, Menteri Perdagangan Rachmat Gobel, maupun Menteri ESDM Sudirman Said yang kini berada di bawah koordinasi Menko Kemaritiman.
Ekonom Tony Prasetyantono menyebut, nama-nama menteri yang terkait dengan sektor ekonomi sudah beredar selama beberapa hari terakhir, karena itu pasar tidak kaget. “Saya duga besok pasar (rupiah dan IHSG) akan stagnan. Pasar tidak terlalu kecewa, tapi juga tidak cukup alasan untuk euforia,” ujarnya.
Menurut Tony, memang tidak mudah bagi Presiden Jokowi untuk membuat kabinet ekonomi impian. Sebab, Jokowi juga mengalami keterbatasan-keterbatasan di tengah antusiasme banyak pihak yg memberi masukan.
“Satu-satunya harapan adalah pasar akan memantau beberapa saat, misal 100 hari, apakah para menteri tersebut bisa bekerja dengan baik. Jika baik, maka capital inflows akan terjadi, rupiah dan IHSG bakal menguat,” jelasnya.
sumber : jpnn.com