TOTABUAN.CO — Hasil penelitian Accenture yang bertajuk #ListenLearnLead menemukan, teknologi tak hanya memberi kemudahan, namun juga berpotensi menghambat pekerjaan pemimpin.
Penelitian yang dilakukan secara global terhadap 3.300 responden dari 30 negara (100 responden dari Indonesia) pada November 2014 melihat, kemajuan teknologi bisa menjadi hambatan bagi efektivitas kepemimpinan.
Empat dari 10 perempuan (Sebesar 48 persen Indonesia, bahkan 62 persen di global) dan empat dari 10 pria (Sebesar 40 persen Indonesia, 58 persen global) melihat teknologi sebagai alat dan fasilitas yang membuat mereka terlalu mudah terakses. Seluruh responden setuju, tantangan utama yang dihadapi pemimpin saat ini adalah perubahan teknologi yang begitu cepat (14 persen Indonesia, 52 persen global) dan penerimaan informasi berlebih (delapan persen Indonesia, 55 persen global).
“Menjadi pemimpin di era digital berbeda dari era sebelumnya, karena memungkinkan pelakunya memimpin tanpa harus bertemu tatap wajah secara langsung. Bisa menggunakan aplikasi pesan, Skype dan sebagainya,” ungkap Country Managing Director Accenture Indonesia Neneng Goenadi, di Jakarta, Jumat (6/3).
Dengan begitu, Neneng mengatakan, pemimpin saat ini harus memiliki kemampuan interpersonal dan kemampuan komunikasi yang baik. “Kemampuan komunikasi tidak hanya dari segi verbal. Kemampuan tekstual seperti membahas masalah pekerjaan melalui chat juga perlu diperhatikan agar tidak terjadi kesalahpahaman,” terangnya.
Ia juga menekankan, saat pemimpin harus rapat melalui Skype, bicaralah dengan baik dengan bahasa tubuh yang mendukung. Jangan terlalu monoton agar pegawainya bisa menyerap informasi yang diberikan dengan baik.
Pada penelitian yang dilakukan terhadap perempuan dan laki-laki juga diungkapkan, responden percaya untuk meningkatkan keahliannya, pemimpin harus menerima tanggung jawab baru (66 persen Indonesia, 54 persen global), membimbing pekerja lainnya (47 persen Indonesia dan 42 persen global) dan terus belajar hal baru (41 persen Indonesia, 48 persen global).
Saat ditanya mengenai hambatan memimpin suatu tim, responden berpendapat, kurangnya keterampilan hubungan interpersonal (63 persen Indonesia, 50 persen global), keterampilan komunikasi (32 persen Indonesia, 44 persen global), dan kejelasan peran (41 persen Indonesia, 39 persen global).
sumber : beritasatu.com