TOTABUAN.CO — Pabrik gula milik perusahaan pelat merah diperkirakan menderita kerugian Rp 2,5 triliun tahun ini. Penyebabnya, serbuan gula impor.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Ismet Hasan Putro, di kantornya, Jakarta, Rabu (10/12). RNI merupakan salah satu BUMN memproduksi gula.
“Pabrik gula BUMN harus menanggung kerugian sebesar Rp 2,5 triliun seluruhnya tahun ini. Itu akibat gula dikuasai pasar rafinasi sampai sekarang.”
Ismet menjelaskan, gula impor dijual murah. Akibatnya gula lokal tak laku sehingga menumpuk di gudang.
“Sebanyak 1,2 juta ton gula yang masih tersimpan di gudang. Jadi nasib pabrik gula BUMN itu tragis dia diperlakukan secara diskriminatif ,” jelas dia.
Imbas berikutnya, lanjut Ismet, BUMN kesulitan menyicil utang perbankan.
“Dampak dari tidak lakunya gula, perbankan nasional menanggung imbas kredit macet sebesar Rp 12,5 triliun,” ungkapnya.
sumber : merdeka.com