TOTABUAN.CO — Rupiah Indonesia naik paling banyak dalam tiga pekan setelah Presiden Joko Widodo menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, memberikan lebih banyak dana luang untuk belanja modal dan mendorong pertumbuhan ekonomi dari laju paling lambat sejak 2009.
Harga bensin dinaikkan sebanyak Rp2.000 per liter menjadi Rp8.500 dan harga solar menjadi Rp7.500 per liter dari Rp5.500. Sebelum kenaikan tersebut, Indonesia telah menghabiskan senilai Rp276 triliun untuk subsidi bahan bakar pada anggaran 2015 atau 13,5 persen dari pengeluaran.
“Dana luang tersebut dapat digunakan untuk keperluan lainnya, terutama belanja infrastruktur dan permodalan, yang mana dapat mendorong outlook perekonomian dalam jangka panjang,” ucap strategis mata uang asing Westpac Banking Corp, Jonathan Cavenagh, seperti dilansir dari Monex, Rabu (19/11/2014).
Rupiah menguat 0,5 persen, paling banyak sejak 29 Oktober, menuju level Rp12.146 per USD di Jakarta, menurut harga dari bank lokal. Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) mengumumkan harga penutupan Rupiah pada Rp12.193 per USD kemarin. “Langkah BI akan menaikkan suku bunga juga menguatkan mata uang,” tambah dia.
Sekadar informasi, BI akan menggelar pertemuan kebijakan mendadak kemarin. Tingkat suku bunga telah bertahan pada level 7,5 persen sejak November 2013 menyusul kenaikan sebesar 1,75 persen pada sepanjang 2013.
sumber : okezone.com