TOTABUAN.CO — PT Bank Permata (PermataBank) mengklaim mengalami perbaikan pendapatan operasionalnya (konsolidasi dan tidak diaudit) dalam periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2014 sebesar Rp 5,32 triliun, meningkat 7 persen dari Rp 4,98 triliun dalam periode yang sama pada tahun 2013. Selain itu, laba bersih setelah pajak mencapai Rp 1,24 triliun.
“Peningkatan pendapatan operasional didorong oleh pertumbuhan pada pendapatan bunga bersih yang tipis, mengingat tekanan pada biaya pendanaan yang tinggi dan pertumbuhan yang kuat pada pendapatan berbasis biaya (fee based income),” ujar Sandeep Jain, Direktur Keuangan Bank Permata Rabu (29/10) dalam siaran pers yang diterima merdeka.com.
Dia menegaskan, pendapatan bunga bersih tumbuh 2 persen menjadi Rp 4,1 triliun, ditopang oleh pertumbuhan kredit sebesar 12 persen. Sementara itu pendapatan berbasis biaya (fee based income) naik 28 persen Rp 1,2 triliun. “Ini didukung kinerja yang lebih kuat di bisnis bancassurance dan trade finance serta aktivitas transaksi berbasis biaya lainnya,” katanya.
Perseroan mencatat biaya operasional mencapai Rp 3,3 triliun, meningkat 9 persen, dibandingkan periode yang sama tahun 2013. Untuk pembiayaan kredit termasuk pembiayaan syariah tumbuh 12 persen,menjadi Rp 130 triliun pada akhir September 2014.
Pertumbuhan kredit tetap didorong oleh pertumbuhan dalam sektor UKM dan local and middle market corporates melalui bisnis trade finance dan produk-produk pinjaman Bank. Total aset per 30 September 2014 mencapai Rp 185 triliun dibandingkan Rp 155 triliun pada tahun sebelumnya.
“Perseroan berhasil mengelola likuiditasnya dengan mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga sebesar 20 persen menjadi Rp 147 triliun, sehingga rasio loan to deposit membaik menjadi 88,1 persen dibandingkan 94,5 persen di tahun lalu,” katanya.
Dia mengatakan, kondisi ekonomi makro yang dihadapi sejak 2013 turut berdampak pada non performing loan (NPL), pada rasio NPL Gross dan NPL Net yang meningkat dari 1,1 persen dan 0,3 persen tahun lalu menjadi 1,4 persen dan 0,8 persen pada akhir September 2014. “Pada Kuartal ketiga 2014 ini, industri perbankan tetap dihadapkan pada tantangan atas biaya pendanaan yang lebih tinggi dan pertumbuhan bisnis yang lebih lambat,” katanya.
sumber : merdeka.com