TOTABUAN.CO – Pertumbuhan ekonomi Indonesia masuk dalam kategori yang cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Sempat mencapai level di atas 6%, meski kemudian terlihat melambat dan menuju pada angka 4,79% selama 2015.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menilai realisasi tersebut dianggap percuma bila inflasi juga tidak terkendali. Sebab akan menggerus daya beli masyarakat lebih besar dan mendorong ketimpangan ekonomi.
“Kita semua sadar pertumbuhan tinggi tidak ada artinya inflasi tinggi,” kata Agus di Hotel Aston, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat (12/2/2016)
Agus menyebutkan, inflasi secara nasional pada 2015 adalah 3,35%. Sementara untuk wilayah timur Indonesia seperti NTT mencapai inflasi 4,9%, Nusa Tenggara Barat (NTB) 3,4% dan Bali 2,7%. Walaupun lebih baik dari 2014, namun daerah dengan inflasi di atas rata-rata nasional harusnya menjadi perhatian khusus.
“Secara umum Indonesia pada 2015 berhasil mengendalikan inflasi, namun juga ada beberapa catatan pada daerah tertentu,” terangnya.
Salah satu penyebabnya adalah infrastruktur yang belum memadai untuk menghubungkan antara satu daerah ke daerah lain. Khususnya dalam memperlancar arus barang pangan. Menurut Agus harus kepastian dari sentra produksi sampai ke. Pembeli akhir.
“Bagaiman perbaikan sistem logistik, agar terjadi satu ketahanan pangan yang akan membantu stabilisasi harga,” kata Agus.
Dari rapat koordinasi dengan pemerintah daerah dan pemerintah pusat, Agus optimis akan. Lahirnya sebuah kebijakan sebagai solusi. Dari sisi BI, akan menjalankan fungsi stabilitas sistem keuangan, sistem pembayaran, serta nilai tukar dijaga pada pergerakan yang sehat.
“Dari pertemuan ini diharapkan akan ada kebijakan dari tiga pemangku kepentingan,”
Sumber ; Detikcom.