TOTABUAN.CO – Pasar keuangan sejumlah negara dunia tengah diguncang rencana Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sehingga mengalami koreksi sejak beberapa pekan terakhir.
Namun kondisi pasar keuangan di Indonesia semakin parah karena ada tambahan sentimen negatif dari gejolak politik di masa transisi pemerintahan.
Menteri Keuangan Chatib Basri mengakui, dampak gejolak politik di Indonesia terhadap pasar keuangan seperti kurs rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya bersifat jangka pendek.
“Tentu ada efek dari sentimen domestik termasuk kondisi politik kita saat ini. Tapi hanya bersifat jangka pendek,” ujar dia saat Konferensi Pers FKSSK di Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (6/10/2014).
Chatib menyoroti faktor global mulai dari normalisasi kebijakan The Fed, perlambatan ekonomi China dan lainnya semakin menekan pasar keuangan beberapa negara dalam beberapa waktu terakhir.
“Pasar keuangan Amerika Serikat (AS), Asia Pasifik, Brazil, Afrika Selatan, Turki dan India menurun tajam. Itu karena faktor eksternalnya lebih dominan,” ucapnya.
Menurut dia, pasar keuangan telah memproyeksikan kondisi tersebut enam bulan lebih awal. Artinya apa yang terjadi saat ini merupakan cerminan dari persepsi pasar.
“Ketika defisit di kuartal II ini, pasar sudah mengantisipasinya sejak Januari-Februari. Dan saat diumumkan angkanya, praktis pasar lebih baik. Begitupula saat tapering off. Ini jadi satu tanda pasar melakukan price in dalam merespona pasar,” pungkasnya.
Sumber: liputan6.com