TOTABUAN.CO Jakarta – Salah satu langkah untuk mengentaskan orang miskin adalah menciptakan wirausaha-wirausaha baru. Kemiskinan sendiri diciptakan oleh struktur, kebijakan, dan sistem di masyarakat. Lalu, parahnya mereka dibiarkan pada posisi sebagai penerima sedekah. Padahal, kemiskinan bisa ditekan dengan menciptakan lingkungan yang memungkinkan kreativitasnya berkembang.
Penerima penghargaan Nobel, Muhammad Yunus mengatakan setiap orang memiliki potensi untuk menjadi seorang wirausaha (entrepreneur). Tak hanya itu, entrepreneur juga bisa mengejar keuntungan sembari menolong sesamanya. Langkah ini diperlukan untuk melakukan perubahan sosial yang signifikan di muka bumi ini.
“Perlu ada desain ulang sistem untuk mengatasi persoalan kemiskinan. Hampir di semua negara sebenarnya sistemnya sama untuk pembenahan,” ujarnya dalam dialog “Sociopreneurship: Unlocking Indonesia’s Great Potentials” di Universitas Paramadina, Jakarta, Senin (15/9).
Hadia Nobel itu diperoleh Yunus atas keberhasilannya mengangkat Bangladesh dari jurang kemiskinan. Pria kelahiran Chittagong, East Bengal (kini Bangladesh) pada 28 Juni 1940 adalah seorang bankir dari Bangladesh yang mengembangkan konsep kredit mikro, yaitu pengembangan pinjaman skala kecil untuk usahawan miskin yang tidak mampu meminjam dari bank umum (tidakbankable). Adapun, tujuan dari kredit mikro melalui Grameen Bank adalah untuk wirausaha.
Penerima penghargaan Presidential Medal of Freedom dan Congressional Gold Medal pun mengaku sebenarnya tak terlalu sulit untuk memberantas kemiskinan. Namun, hal itu harus didukung kreativitas dan berpikir di luar kebiasaan (think out of the box).
Yunus mencontohkan melalui bisnis wirausaha sosial, ia menggunakan sistem kelompok solidaritas, yaitu membentuk berbagai kelompok kecil informal untuk bersama-sama mendapatkan pinjaman dan para anggotanya bertindak sebagai mitra penjamin sesamanya agar setiap anggota bisa mendukung satu sama lain untuk membayar pinjaman dan meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan ekonomi keluarga.
“Ini memang di luar logika memberikan pinjaman kepada orang yang tidak punya duit, bahkan tanpa dokumen legal. Murni berdasarkan kepercayaan,” katanya.
Namun, hasilnya luar biasa, Grameen Bank saat ini memiliki 8,4 juta peminjam, di mana 96 persen di antaranya adalah perempuan.
Ia juga mengembangkan berbagai inisiasi untuk rakyat miskin, seperti Grameen Phone, operator seluler terbesar di Bangladesh yang sebagian besar pelanggannya merupakan rakyat miskin. Bahkan, Grameen Bank ini sudah memiliki beberapa kantor cabang, seperti di New York City, Los Angeles, dan San Fransisco.
“Membuat orang lain bahagia itu kebahagiaan luar biasa dan lebih menarik daripada menghasilkan uang. Lalu, mendapatkan pekerjaan bukan DNA kita, percayalah semua orang adalahentrepreneur. Apalagi dengan dukungan teknologi, seperti sekarang ini. Jadi, jangan buat surat lamaran kerja,” ujar Yunus disambut meriah para mahasiswa.
Yunus menceritakan ide mendirikan Greeman Bank berawal dari kunjungannya ke Desa Jobra, salah satu desa miskin dan mewawancarai seorang wanita yang membuat kerajinan dari bambu. Dari wawancara tersebut, ia menemukan bahwa seorang pengrajin bambu membutuhkan pinjaman uang dengan jumlah kecil untuk membeli bambu. Bank-bank tradisional tidak mungkin memberikan pinjaman dengan jumlah kecil dengan bunga yang rendah.
Kebanyakan pengrajin di sana meminjam uang melalui rentenir dengan bunga 10 persen per minggu. Sistem ini membuat para lintah darat semakin kaya dan tidak membuat masyarakat miskin memiliki bantalan ekonomi untuk meningkatkan taraf hidupnya.
Saat itu, Yunus menyadari, ada sesuatu yang salah dari sistem ekonomi yang ia ajarkan. Akhirnya, ia berinisiatif memberikan pinjaman dari kantongnya sendiri. Saat itu, Yunus memberikan pinjaman total US$27 kepada 42 orang perempuan di desa tersebut dan menghasilkan keuntungan US$ 0,2 per orang.
Ia menemukan, pinjaman dengan jumlah kecil dan bunga yang masuk akal tidak hanya membantu mereka bertahan hidup, tetapi juga menimbulkan inisiatif para pelaku usaha untuk keluar dari jurang kemiskinan.
Pada 1976, Yunus mendapatkan pinjaman dari Janata Bank untuk memberikan pinjaman kepada orang miskin. Proyek Yunus ini berkembang pesat dan pada 1982 telah mencapai 28.000 anggota. Setelah semakin besar, pada 1 Oktober 1983 Yunus bersama rekan-rekannya mendirikan Grameen Bank.
Grameen Bank yang berarti bank desa ini didirikan dengan berdasarkan prinsip-prinsip kepercayaan dan solidaritas. Bank ini fokus memberikan pinjaman untuk masyarakat miskin, khususnya kaum perempuan, dengan jumlah kecil dan dengan bunga rendah.
Sumber: beritasatu.com