TOTABUAN.CO — Saat Presiden Soeharto berkuasa, ekonomi Indonesia nilai melejit. Tetapi dari nilai ekspor Indonesia di periode 1990 yang mencapai USD 4 miliar, hanya terdapat sekitar 30 hingga 35 persen komponen lokalnya.
“Ekspor besar, tapi nilai tambah kita kurang dari 40 persen,” ujar Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi di Jakarta Internasional Expo (JIExpo), Kemayoran, Jakarta Utara, Kamis (9/10).
Usai Soeharto tumbang, saat investasi sudah mulai menyerbu dalam negeri. Sehingga berdampak tumbuhnya sejumlah industri yang memproduksi berbagai barang bernilai tinggi.
Indonesia mulai tidak lagi menjual bahan mentah. “Nilai tambah sekarang terus bertambah. Engine and engine block dibuat di Indonesia,” ungkapnya.
Dia berharap meningkatnya nilai tambah produk Indonesia, bisa terus meningkat seiring dengan berlangsungnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di 2015.
“Karena bicara tentang ekonomi Indonesia, 48 persennya ada di ASEAN. Jadi Kalau bicara ASEAN berarti bicara Indonesia,” ungkapnya.
Sumber : merdeka.com