TOTABUAN.CO — Pasar minyak telah jatuh dalam beberapa bulan terakhir. Kondisi pasar minyak tertekan oleh banyaknya persediaan, Dolar yang lebih kuat dan ketakutan penurunan permintaan akibat ekonomi global melemah.
“Keputusan OPEC untuk mempertahankan produksi adalah alasan utama untuk harga turun cukup cepat,” kata Daniel Ang, seorang analis investasi Phillip Futures di Singapura, dilansir dari Antara, Sabtu (29/11).
“Harga cenderung turun untuk sisa tahun ini,” katanya kepada AFP.
Ang, yang erat melacak pasar minyak, mengatakan dia memperkirakan WTI akan mengakhiri 2014 di ‘terendah USD 60-an’ dan Brent di ‘pertengahan USD 60-an’.
Harga minyak dunia terjun ke posisi terendah multi-tahun baru pada Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah kartel produsen minyak OPEC memutuskan untuk mempertahankan pagu produksinya saat pasar kelebihan pasokan minyak.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, ditutup pada USD 66,15 per barel di New York Mercantile Exchange, jatuh USD 7,54 dari harga penutupan Rabu. Itu penutupan WTI terendah sejak September 2009.
NYMEX ditutup pada Kamis untuk liburan Hari Tanksgiving.
Ketika pasar New York ditutup dalam sesi singkat Jumat, di London, minyak Brent untuk pengiriman Januari merosot di bawah USD 70 untuk pertama kalinya dalam empat setengah tahun, menjadi USD 69,78 per barel. Brent menetap di USD 70,15 per barel, turun USD 2,43 dari penutupan Kamis.
Aksi jual terjadi setelah 12 negara Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Kamis (27/11) memilih untuk mempertahankan pagu produksi kolektifnya sebesar 30 juta barel per hari, di mana telah bertahan selama tiga tahun, mengakibatkan harga minyak mentah terjun bebas.
OPEC menolak untuk memotong produksinya meskipun kelebihan pasokan telah mengirimkan harga jatuh lebih dari sepertiga sejak Juni, dengan para analis memperingatkan penurunan lebih lanjut lanjut akan datang.
“OPEC menegaskan apa yang banyak pelaku pasar telah perkirakan mempertahankan kuota produksi resmi mereka tidak berubah,” kata analis Sucden, Kash Kamal.
“Banyak investor telah berharap untuk beberapa langkah maju yang positif karena membanjirnya pasokan global terus memberikan tekanan turun cukup besar pada harga mendatang,” tambahnya.
Pada pertemuan OPEC, Kamis, di Wina, kartel berada di bawah tekanan permintaan dari anggota miskin, termasuk Venezuela dan Ekuador, untuk memangkas produksi karena jatuhnya harga sedang menggorogoti pendapatan dan meningkatkan kekhawatiran atas ekonomi mereka.
Namun, anggota kartel dari Teluk yang kuat dipimpin oleh Arab Saudi menolak permintaan untuk mengecilkan keran produksinya kecuali pasar saham mereka dijamin, terutama di Amerika Serikat, di mana minyak serpih telah berkontribusi terhadap melimpahnya pasokan global.
Anggota lain, Kuwait, mendukung langkah tersebut dengan menteri minyak negara itu Ali Omair mengatakan bahwa mereka memutuskan harga akan menyesuaikan diri berdasarkan penawaran dan permintaan dan bahwa OPEC seharusnya menjaga pangsa pasarnya agar tidak kehilangan pelanggan. Dia menyatakan Amerika Serikat juga harus memikul tanggung jawab dan menurunkan produksi minyak serpihnya.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyatakan pada Kamis bahwa dia akan tetap mendorong OPEC untuk memangkas produksi.
Lalu apakah hal ini berdampak pada harga BBM subsidi di Indonesia?
sumber : merdeka.com