TOTABUAN.CO – Harga emas memangkas kerugian seiring pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) setelah data penjualan ritel AS dan harga tercatat lebih lemah dari yang diharapkan. Meski begitu, harga emas tetap di bawah US$ 1.200 per ounce.
Melansir laman Reuters, harga spot emas jatuh 1,2 persen ke level terlemah dalam dua minggu di posisi US$ 1.183,68 per ounce dalam perdagangan sebelumnya, kemudian memotong perdagangan menjadi turun 0,4 persen pada posisi US$ 1.193,16.
Di mana, harga emas untuk pengiriman Juni turun US$ 6,70 per ounce menjadi US$ 1.192,60 per ounce.
Penurunan harga emas usai, Departemen Perdagangan AS mengatakan penjualan ritel meningkat 0,9 persen, di bawah 1 persen survei ekonom Reuters.
Secara terpisah, Departemen Tenaga Kerja mengatakan indeks harga produsen untuk permintaan akhir meningkat 0,2 persen bulan lalu. Tapi dalam 12 bulan sampai Maret, harga produsen turun 0,8 persen, penurunan terbesar tahun ke tahun sejak 2009.
“Penjualan ritel berada di bawah harapan … Jadi kita melihat di bagian belakang dolar,” kata Analis Senior Deutsche Boerse, Tony Walters.
Indeks dolar menguat pada awalnya, namuan turun 0,8 persen. Sedangkan indeks FTSEurofirst pan-Eropa 300, berbalik lebih rendah setelah mencapai level tertinggi sejak 2000 dan saham AS naik tipis.
“Kami berharap harga emas lebih rendah, karena dolar yang lebih kuat dan sentimen risiko membaik di pasar keuangan … yang menyebabkan arus keluar dari emas dan ke aset berisiko,” kata Analis senior Danske Bank Jens Pedersen.
Kekuatan baru-baru ini dalam dolar AS, yang telah mendapatkan manfaat dari kemungkinan jika Federal Reserve akan menaikkan suku bunga tahun ini, telah menjadi angin bagi emas batangan selama beberapa bulan terakhir.
Sebuah kenaikan tarif AS, yang akan menjadi yang pertama dalam hampir satu dekade, meredupkan daya tarik aset seperti emas yang tidak membayar bunga.
“Meskipun banyak investor yang tertarik dalam emas, terutama di negara-negara seperti Yunani, Venezuela, Argentina, dan Timur Tengah atau Eropa Timur, daya tarik aset lainnya lebih menarik,” kata George Gero, Ahli Strategi Logam Mulia RBC Capital di New York.
sumber: liputan6.com