TOTABUAN.CO — PT Pertamina telah menaikkan harga elpiji ukuran 12 kilogram mulai 2 Januari 2015. Kenaikan harga itu berdampak pada tingginya permintaan elpiji ukuran 3 kg di Kota Padangsidimpuan, Sumut. Akibatnya, elpiji 3 kg atau dikenal juga dengan sebutan gas melon mengalami kelangkaan.
“Ini biasa terjadi karena kekagetan masyarakat atas kenaikan harga. Permintaan elpiji 12 kilogram sendiri terus meningkat. Kadang kesediaan barang pun tidak pasti. Itu berpengaruh kepada tingginya permintaan elpiji 3 kg, sehingga stok langsung habis,” terang Kepala Agen Resmi Elpiji CV Liza, Cindy, kepada Metro Tabagsel (grup JPNN), Rabu (7/1).
Meski stok elpiji ukuran 3 kg selalu tersedia setiap hari, ia mengaku stok elpiji 3 kg cepat habis. “Kalau elpiji 3 kg untuk kami 200 tabung per hari. Itu yang disebarkan ke daerah lain di Tabagsel,” tuturnya.
Harga elpiji 12 kg, sambungnya, setelah kenaikan menjadi Rp145 ribu per tabung, sementara elpiji ukuran 3 kg tetap pada harga Rp16 ribu per tabung.
“Harga sebelumnya Rp125 ribu, kalau yang untuk elpiji bright ukuran 12 kilogram juga naik menjadi Rp150 ribu sebelumnya Rp130 ribu. Jadi masing-masing elpiji 12 kg naik Rp20 ribu,” terangnya mengakhiri perbincangan.
Sementara itu harga elpiji di pengecer untuk ukuran 3 kg mencapai Rp20 ribu per tabung. Berbeda dengan ukuran 12 kg, pedagang masih rancu memberikan patokan harga.
“Barangnya sulit dapat, jadi masih belum tahu berapa. Kalau sebelumnya sesudah naik ini sudah mencapai Rp150 hingga 155 ribu per tabung,” jelas ibu Sarah pemilik warung yang sekaligus menjual elpiji di bilangan Padangmatinggi.
Menyikapi kenaikan harga elpiji, konsumen cenderung pasrah dan terima kenaikan harga elpiji tersebut.
“Asal ada aja barangnya, kalau naik itu sudah biasa. Karena bisa menyesuaikan nanti, tapi kalau tidak ada mau pake apa? Pakai kayu bakar tidak mungkin, kalau pakai minyak tanah sulit,” ujar Surono, pedagang Bakso di Jalan Sitombol eks Jalan Diponegoro itu.
sumber : jpnn.com