TOTABUAN.CO — Harga cabai panjang keriting di Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, sejak dua pekan ini melonjak dari Rp 10.000 menjadi Rp 40.000 per kilogram.
“Kenaikan harga cabai ini sebagai dampak dari musim kemarau melanda Bengkulu sudah lebih dari dua bulan,” kata Herman (45), pedagang cabai di Pasar Panorama, Kota Bengkulu, Kamis (9/10).
Ia mengatakan, akibat musim kemarau melanda Bengkulu membuat hasil panen cabai petani menurun dari biasanya. Ini terjadi karena tanaman cabai petani kekeringan sehingga buahnya tidak maksimal.
Hal ini menyebabkan pasokan cabai dari daerah sentra produksi ke Kota Bengkulu menurun tajam. “Selama ini, setiap hari saya bisa menampung cabai hasil panen petani sekitar 20 ton, tapi sejak musim kemarau ini untuk membeli 10 ton saja setiap hari susah,” ujarnya.
Sementara permintaan cabai dari masyarakat, terutama rumah makan dan restoran di Bengkulu masih stabil. Sedangkan stok di pedagang terbatas, akibatnya harga cabai di pasaran Bengkulu melambung.
Pasokan cabai dari Padang dan Jambi ke Bengkulu sejak kemarau ini terhenti. Persoalannya sama, yaitu produksi hasil panen petani di dua provinsi tetangga Bengkulu juga berkurang sebagai dampak dari kemarau.
Hal senada diakui Rustam (37), pedagang lainnya. Ia mengatakan, sejak kemarau ini pasokan cabai ke Kota Bengkulu turun drastis. “Selama ini saya dalam satu hari dapat pasokan cabai dari Rejang Lebong sekitar 10 ton, tapi sekarang lima ton sudah susah. Ini terjadi karena hasil panen cabai petani Rejang Lebong turun drastis,” ujarnya.
“Kalau hujan juga tidak turun di Bengkulu bulan Oktober ini, maka harga cabai bisa diatas Rp 60.000/kg,” kata Rustam.
Namun, naiknya harga cabai sedikit membuat petani gembira. “Saya bersyukur harga cabai naik, sehingga meski hasil panen berkurang karena kemarau, tapi petani masih dapat uang lumayan dari menjual caba,” ujar Hasan, petani cabai di Bengkulu.
sumber : beritasatu.com