TOTABUAN.CO — Perekonomian di Solo Raya (Solo, Sukoharjo, Boyolali, Klaten, Wonogiri, Karanganyar, Sragen) diprediksi melambat pada semester pertama tahun 2014. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan hanya berkisar 5,1-5,6 persen. Lebih rendah dari tahun lalu yaitu 5,51 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo Ismet Inono menuturkan, perlambatan laju perekonomian nasional dan global berdampak nyata pada sektor riil. Khususnya produk unggulan Solo yang selama ini laris di pasar internasional.
Kami prediksikan perekonomian di eks Karesidenan Surakarta atau Solo Raya pada semester pertama ini melambat. Ekspor juga masih tertekan karena permintaan global belum sepenuhnya pulih. Sehingga komoditas unggulan seperti tekstil dan produk tekstil, mebel kayu, dan rotan tidak banyak terserap pasar global,” ujar Ismet kepada wartawan, Kamis (9/10).
Dia menyebut beberapa faktor yang menyebabkan perekonomian Solo melambat. Salah satunya tingginya suku bunga perbankan, perlambatan investasi dan melemahnya nilai tukar rupiah. Ismet memprediksi konsumsi masyarakat juga melemah.
Ini sudah bisa dilihat dari pembelian sepeda motor. Berdasarkan data yang dimiliki BI Solo, pendaftaran sepeda motor baru di semester I 2014 hanya tumbuh 0,7 persen dibanding awal 2013. Padahal di semester II 2013, pendaftaran sepeda motor baru tumbuh 17,8 persen.
“Perlambatan investasi ini disebabkan para pengusaha bersikap menunggu hasil pemilu legislatif maupun pemilu presiden. Kami mencatat realisasi investasi dari 6 kabupaten/kota di Solo Raya di semester I-2014 mencapai Rp 1,99 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, realisasi investasi sebesar Rp 8,82 triliun,” jelasnya.
Dia berharap perlambatan ekonomi tidak terjadi di 2015. Perekonomian diyakini bakal kembali menguat seiring membaiknya permintaan global. BI Solo memperkirakan pertumbuhan ekonomi di Solo Raya tahun depan bisa mencapai 5,3-5,8 persen.
sumber : merdeka.com