TOTABUAN.CO — Mengikuti harga minyak, harga emas berjangka melonjak di awal pekan seiring dolar Amerika Serikat (AS) melemah dan penurunan peringkat utang Jepang oleh lembaga pemeringkat internasional Moody’s.
Harga emas untuk pengiriman Februari naik US$ 42,6 (3,6 persen) menjadi US$ 1.218,10 per ounce. Terakhir kali logam mulia ini ditutup di atas US$ 1.200 pada 29 Oktober. Sementara itu, harga perak untuk pengiriman Maret naik US$ 1,14 (7,3 persen) ke level US$ 16,69 per ounce.
Harga emas kembali mendapat dukungan setelah Moody Investors Service menurunkan peringkat kredit Jepang dari Aa3 menjadi A1. Ini merupakan tantangan perdana menteri Jepang Shinzo Abe untuk mendukung pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, investor juga mencari aset investasi yang aman di tengah kekhawatiran ekonomi global merosot seperti Jepang. Ditambah dolar melemah juga mendukung harga emas untuk reli karena membuat pemegang mata uang lain lebih murah untuk membeli komoditas.
Analis senior Kitco.com, Jim Wyckoff menuturkan, faktor lain yang membantu kenaikan harga emas yaitu langkah India untuk mengurang pembatasan impor. Serta ada beberapa pembelian harga emas di level terendah oleh pelaku pasar.
Sementara itu, hasil referendum Swiss tidak mendatangkan kejutan. Hasil refendum menolak Swiss National Bank untuk meningkatkan cadangan emasnya. Saat ini bank sentral Swiss memegang 1.040 metrik ton emas.
“Saya pikir masalah di Swiss sudah selesai. Ini menunjukkan di antara masyarakat kalau nafsu beli emas sebagai aset cadangan mungkin tidak sekuat yang dipikirkan,” ujar Analis Forexlive, Adam Button, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Selasa (2/12/2014).
sumber : liputan6.com