TOTABUAN.CO – Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said menyatakan pembelian minyak yang dilakukan PT Pertamina (Persero) dalam jangka pendek tidak masuk akal. Pasalnya, kebutuhan minyak di Indonesia sudah jelas sehingga tak perlu kontrak jangka pendek.
“Saat ini mayoritas spot. Sesuatu yang menurut saya tidak masuk akal,” kata Sudirman di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (7/5/2015).
Karena itu, Sudirman menginginkan meminta 70 persen yang dibeli Pertamina dari luar negeri harus dalam kontrak jangka panjang dua hingga tiga tahun. Sedangkan sisanya dibeli dalam jangka pendek.
“Saya meminta kepada Pertamina dalam waktu dua sampai tiga tahun ke depan 70 persen dari pembelian harus melalui kontrak jangka panjang,” pungkasnya.
Untuk itu, pemerintah bersama Pertamina akan mengunjungi beberapa negara produsen minyak untuk mencari pasokan langsung tanpa perantara.
Sudirman mengatakan, kunjungan tersebut tidak dilakukan sendiri, tetapi mengajak Menteri BUMN Rini Soemarno dan Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto, untuk mencari minyak dengan skema goverment to goverment (G to G).
“Saya bersama Menteri BUMN dan Direktur Utama Pertamina dalam waktu dekat akan berkunjung ke beberapa negara yang menawarkan suplai langsung melalui G To G,” kata Sudirman.
Sudirman mengatakan, momen penurunan harga minyak dunia harus dimanfaatkan untuk mencari pasokan minyak dari negara penghasil. “Ini sesuatu yang selama ini selalu terjadi. Karena harga minyak begini, suplai baik kita akan gunakan kesempatan,” tutur Sudirman.
Ia mengungkapkan, negara yang jadi sasaran kunjungan tersebut adalah negara yang memiliki minyak dan bersahabat dengan Indonesia seperti Kuwait, Iraq, Iran, Azerbaijan dan Rusia.
“Nanti kita prioritaskan. Presiden Iran minta supaya ada segara komite ekonomi antara Indonesia dan Iran,” kata Sudirman.