TOTABUAN.CO — Berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akhir 2015 bisa menjadi peluang sekaligus bencana bagi sektor pertanian khususnya hortikultura. Pasalnya, buah-buahan dan sayuran dari negara tetangga akan lebih banyak masuk ke pasar Indonesia.
“MEA bisa menjadi bencana karena, sebelum diberlakukannya pasar bebas ASEAN saja sudah banyak produk hortikultura dari mancanegara yang masuk dari mulai ritel modern hingga ke pasar-pasar tradisonal. Apalagi kalau nanti tidak ada hambatan tarif sama sekali, pasti makin banyak yang masuk,” ujar Ketua Umum Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Indonesia (AESBI), Hasan Johnny Widjaja di Kementerian Perdagangan kemarin (28/11)
Beberapa produk hortikultura dari negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam yang turut menikmati pasar Indonesia antara lain jeruk, pir, apel, wortel, durian, mangga, lengkeng, bawang putih, bawang merah, hingga cabai.
Persaingan antara produk holtikultura lokal dengan produk holtikultura impor selama ini cukup sengit di pasaran. “Karena beberapa harganya jauh lebih murah dibanding produk dalam negeri,” ungkap Hasan.
Dia menambahkan, penduduk Indonesia yang cukup besar diantara negara-negara ASEAN menjadi pasar yag seksi bagi negara produsen hortikultura. Dengan begitu bisa dipastikan akan banyak produk holtikultura dari Thailand, Vietnam atau negara-negara ASEAN lain yang akan masuk ke Indonesia di era pasar bebas MEA.
“Jumlah penduduk Indonesia yang paling banyak di ASEAN, itu pasar empuk bagi mereka,” lanjutnya.
Namun MEA juga bisa menjadi peluang bagi Indonesia karena era itu membuka jalan bagi Indonesia untuk memasarkan produk hortikultura yang bersaing ke negara lain, dengan begitu pasarnya tidak terbatas di lingkup domestik tapi juga regional.
“Indonesia masih mengandalkan ekspor manggis, mangga arumanis, mangga gedong gincu, salak, nanas dalam bentuk kalengan, dan pisang. Alpukat dan sirsak juga potensial,” tambahnya.
Sementara itu, Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian Hasanuddin Ibrahim mengatakan, masuknya buah impor tidak perlu terlalu dikhawatirkan sebab buah lokal masih mendominasi pasar domestik. Buah impor dari berbagai jenis hanya mengisi sekitar 5-7 persen pasar dalam negeri.
“Belum terlalu banyak jadi tidak usah khawatir. Lidah orang Indonesia juga masih suka buah-buahan lokal yang memang enak,” tukasnya.
Namun di era MEA 2015 nanti, Kementan siap meningkatkan daya saing produk hortikultura nasional seperti buah-buahan dan sayur. Dengan begitu pangsa pasar produk holtikultura lokal tidak tergerus masuknya holtikultura asing.
Salah satunya dengan teknologi budidaya yang baik mulai dari bibit, pengolahan lahan, pupuk hingga panen.”Tidak ada yang bisa dilakukan menghadapi MEA kecuali meningkatkan daya saing,” jelasnya.
sumber : jpnn.com