TOTABUAN.CO — CIREBON Pandi, adalah nama panggilan salah seorang perajin industri rumahan, mainan tradisional, perahu klotok. Ia satu, dari sekitar 20 perajin yang menghasilkan ribuan perahu klotok tiap bulannya, di Desa Jemaras, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon.
Pria bernama lengkap Pandi Kurtawi itu kini berusia 53 tahun. Namun di usia yang sudah tidak terbilang muda lagi itu, Pandi masih terlihat semangat dan bekerja keras menghasilkan perahu klotok sebanyak-banyaknya untuk memenuhi pesanan.
Tidak bisa dianggap remeh, meski mainan tradisional, produk Pandi dkk sudah menjangkau pemasaran hingga ke berbagai daerah di Nusantara, seperti Kalimantan, Sulawesi. Pemesan rela mengantre jadwal pengiriman, hingga lebih dari satu bulan.
“Bulan ini (September 2014-red), sudah kurang lebih lima pelanggan yang menunggu dikirim, antara lain Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, dan Jawa Barat hingga Timur sudah pasti. Sekali pengiriman minimal 50 kodi, atau sekitar 1.000 buah perahu klotok,” kata Pandi saat ditemui di rumahnya, Jumat sore (19/9/2014).
Dalam satu bulan, Pandi, yang dibantu tujuh karyawannya, dapat memproduksi sekitar 600 hingga 700 kodi. Jumlah tersebut, mereka kirimkan ke tiap daerah sesuai pesanan, hingga ludes habis.
“Tinggal dikalikan saja mas, saya jual perkodi Rp 50 ribu, dan tiap bulan mengirim hingga 600 kodi, hasilnya, itulah omzet saya,” kata dia dengan penuh senyum.
Menurut pria sederhana ini, omzet dengan nilai tersebut lebih jauh dari cukup. Bayangkan, dengan perahu klotok yang dikirim, dari Sabang sampai Merauke, Pandi dapat mengantongi untung sebesar Rp 30 juta tiap bulannya. Dengan untung itu, Pandi pula dapat membayar karyawan dengan baik.
“Mungkin ini berkah, untuk kami, yang berusaha mempertahankan usaha warisan sang kakek. Orang lain enggan usaha membuat perahu karena terlihat sederhana. Namun, kenyatannya, bisnis ini cukup menguntungkan,” kata Pandi.
Sumber: kompas.com