TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU—Jelang malam pasang lampu atau malam Lailatul Qadar tidak lepas dari tradisi sebelumnya. Malam Laila dilaksanakan tiap 27 Ramadhan dengan menyalakan lampu botol atau bambu atau obor di halaman rumah warga. Bagi warga yang ada di Kotamoobagu telah turun temurun melaksanakan tradisi malam Laila seperti.
“Sudah tradisi untuk menyambut turunnya malam Lailatul Qadar dengan menyalakan lampu di halaman rumah masing-masing,” Evi warga Keluarahan Mogolaing.
Ia mengatakan tradisi malam Laila terpeliharan dengan baik . “Kita tidak mengetahui kapan dimulainya tradisi ini, tapi lampu Laila telah mengakar,” kata dia.
Lampu Laila dinyalakan setelah berbuka puasa hingga pagi sebelum salat subuh. Tradisi lampu Laila ini berlangsung sejak malam ke 27 Ramadhan hingga akhir bulan Ramadhan ditandai pawai takbir.
Tiap rumah menyalakan lampu botol sedikitnya tiga buah. Masyarakat meyakini jumlah lampu yang dinyalakan mempengaruhi turunnya malam seribu bulan.
Untuk menyalakan lampu Laila memiliki syarat tersendiri yakni harus orang dewasa, mengambil air wudhu dan membaca surah ke 97 kitab Al Quran Al Qadr tiga kali. Surah Al Qadr menceritakan tentang turunnya kitab Al Quran dan turunnya malam seribu bulan.
Lampu Laila dinyalakan dengan harapan malam Lailatulqadar yang bernilai setara seribu bulan turun. “Niatnya adalah menjemput malam Lailatulqadar,” tambah Lutfie warag yang sama .
Saat lampu Laila dinyalakan, warga ikut berjaga-jaga sepanjang malam dengan mengisi ibadah seperti membaca ayat Al Quran atau mendengarkan ceramah agama.
Dari pantauan totabuan.co penjualan lampu Lailatul Qadar telah tersedia di setiap Kelurahan, desa bahkan pasar. Untuk setiap penjualan perbotol dijual Rp 2.500 hingga Rp 3.000. Semakin dekat pelaksaan malam pasang lampu penjualan lamput botol semakin laris.(Has)