TOTABUAN.CO– Memanggil seseorang dengan nama julukan berdasarkan kekurangan yang dimiliki seperti “Gigi”, “Begeng”, “Kribo”, “Unyil”, “Kutu” mungkin awalnya sekadar iseng atau lucu-lucuan yang lama-kelamaan jadi sebuah kebiasaan. Namun, hal ini bisa saja memengaruhi mentalnya.
Seringkali tanpa disadari saat memanggil seseorang dengan nama julukan (name calling) kita sedang melakukan bagian dari bentuk verbal bullying. Jika hal ini terjadi di sekolah bisa mengakibatkan minat dan prestasi sekolah menurun, bolos sekolah, pindah hingga drop-out dari sekolah seperti diungkap pendiri komunitas gerakan anti-bullying, Sudah Dong, Katyana Wardhana.
“Dulu saat aku masih sekolah, pernah mendapati anak perempuan yang tak melanjutkan sekolah gara-gara ia dipanggil dengan nama panggilan tak menyenangkan,” terang Katyana dalam acara yang digelar Coca Cola di Jakarta pada Rabu (13/1/2015).
Verbal bullying menurut psikolog klinis dari Dhamawangsa Sanatorium, Liza Marielly Djaprie bisa amat membahayakan. Bullying jenis ini tidak terlihat bekas fisik seperti luka, lebam, atau darah namun “tikaman”-nya bisa jadi sangat dalam.
“Bisa muncul keluhan fisik dari verbal bullying, bahkan bisa saja jika bullying dilakukan berulang-ulang meningkatkan risiko bunuh diri,” terang Liza.
Bahaya yang ditimbulkan dari bullying dalam kasus name calling, Liza menerangkan agar lebih baik memanggil dengan nama yang diberikan orangtua. “Ya kan bisa saja ada orang yang menerima julukan itu dengan baik-baik saja, tapi ada juga yang menerimanya dengan berbeda,” tambah Liza.
Sumber: liputan6.com