TOTABUAN.CO BOLTIM—Tahapan Pilkada di Kabupaten Bolmong Timur (Boltim) terus menjadi sorotan berbagai kalangan masyarakat. Warga menilai tahapan Pilkada yang diselenggarakan pihak KPU Boltim terutama, alat peraga kampanye serta acara debat calon yang menggunakan ruangan di kantor bupati dinilai hanya cari untung saja.
“Kalau kantor bupati yang dipilih menjadi lokasi debat kandidat, saya rasa itu keliuh dan terksean KPU Boltim hanya cari untung saja. Terlebih jam kantor sedang berlangsung,” kritik Ismail Mokodompit, warga Tutuyan.
Ia menilai, Debat kandidat adalah konsumsi publik. KPU justru sangat diuntungkan dari segi biaya. Padahal belasan miliaran dana mereka kelola, tapi pelaksanaan Pilkada sendiri justru bertolak belakang dengan hasil di lapangan, tambah Ketua Laskar Anti Korupsi (LAKI) Boltim ini.
Lehes Mamonto, warga Nuangan punya pendapat tersendiri mengenai agenda debat kandidat dalam Pilkada Boltim. Menurut dia, masyarakat yang mestinya sebagai pemilik pesta demokrasi, justru dihalau dan tidak diberikan akses untuk menyaksikan langsung debat.
“Saya jadi bingung dan pertanyakan bahwa sebenarnya acara ini untuk siapa,” kesalnya.
Dia mengatakan, debat kandidat kali ini sangat berbeda pada pilkada lima tahun lalu. Debat yang diikuti empat paslon kala itu dapat diakses masyarakat umum dari luar gedung. Sebab penyelenggara memasang layar dan sound system juga disiapkan. Hebatnya, karena debat kandidat pada pilkada lalu dihadiri ratusan massa, justru berlangsung aman dan sukses.
“Saya menilai debat kandidat kali ini gagal dan sebuah langkah mundur. Pembatasan hak warga untuk menyaksikan pelaksanaan debat harusnya tidak dilakukan. Karena warga juga mau tahu visi misi setiap kandidat,” imbuhnya. (Fac)