TOTABUAN.CO BOLTIM–Sejumlah wartawan dari beberapa media cetak maupun elektornik memilih untuk walkout saat acara pelantikan pengurus wartawan indonesia (PWI) Kabupaten Bolmong Timur (Boltim) Selasa (21/10/2014). Kurang lebih 15 wartawan itu memilih meninggalkan lokasi rapat karena dinilai pelantikan pengurus PWI Boltim terkesan terjadi skenario.
Rapat yang dilaksanakan di ocean kafe itu awalnya dihadiri sekitar dua puluhan wartawan. Mereka hadir atas undangan pelantikan salah satu rekannya. Namun, rapat makin memanas ketika sejumlah wartawan meminta agar PWI Sulut untuk membacakan anggaran dasar rumaha tangga (AD/RT) PWI untuk dibaca, namun terkesan ditolak.
“Inikan tidak jelas. ADRT saja enggan untuk dibacakan. Terpaksa kami memilih untuk walkout,”kata Chendry Mokoginta salah satu wartawan Koran Sindo biro Boltim ketika dikonfirmasi.
Dia menambahkan bukan hanya ADRT, akan tetapi penganggaran dalam pelantikan PWI Boltim terkesan ditutup-tutupi, kata Chendry.
Dia menilai, sistenm organisasi yang baru dibentuk ini sudah keluar dari asas musyawarah dan berdemokrasi. Sehingga itu kami memilij untuk tidak bergabung.
Dari sejumlah wartawan yang lakukan walkout sebelum pelantikan itu yakni, Chendry Mokoginta (Koran Sindo) Aldy Ponge (Tribun Manado) Edmon Mamonto (Media Tobuan) Rusmin Mamonto (Radar Bolmong) Astam Agow (Koran Posko), Sandy Bawoel (Kawanua Post), Mawardi Mamonto. (Radar Manado) Afriansya Emboh (Jurnal Sulut) Bili Mokodompit (Kabar Sulut) Kiki (Bolmong Fox) dan Mufid (Detikawanua online). (Has)