TOTABUAN.CO BOLTIM– Tantangan yang dihadapi dalam dunia kesehatan makin kompleks. Khusus dibidang hygiene dan sanitasi, dikarenakan masih kurangnya tenaga kesehatan.
Hal itu dikatakan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) Eko Marsidi mengungkapkan, saat membuka rapat E-Monitoring dan Evaluasi (E-Monev) tentang Limbah Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Fasyankes) Puskesmas dan Promotor Kesehatan, yang bertempat di Goba Molunow Kecamatan Mooat.
“Saat ini kondisi pengelolaan limbah medis belum sesuai persyaratan sebagaimana Permen LHK,” kata Marsidi.
Tantangan yang dihadapi Puskesmas yang ada di Boltim saat ini lanjutnya, karena belum sepenuhnya memiliki Sanitarian. Eko menambahkan, dari 8 Puskesmas, hanya 4 Puskesmas yang memiliki tenaga Sanitarian.
“Ini kendala dalam mengembangkan program kesehatan lingkungan di Puskesmas,” tambahnya.
E-Monev limbah Fasyenkes Puskesmas diciptakan untuk memudahkan petugas sanitarian dan pengelola program sehingga data progres dilapangan dapat diupdate secara akurat.
“Data hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan untuk dilakukan advokasi lintas sektor.Untuk menuju pengelolaan limbah yang sesuai dengan peraturan yang ada,” lanjutnya.
Dia berharap,semua pihak terutama petugas sanitarian dan promotor kesehatan untuk mensukseskan E-Monev fasyankes. Dia berharap pertemuan ini dapat memberikan dampak yang nyata sebagai kontribusi untuk mendukung Kabupaten Boltim sehat..
Kepala Bidang Program Kesehatan Dinkes Boltim Kartini Djaman menambahkan, jika limbah cair dari Fasyankes tidak diolah terlebih dahulu tetapi langsung dibuang di sungai atau lahan resapan, maka Fasyankes akan menjadi sumber penyakit.
“Karena itu Fasyankes perlu memiliki petugas yang mampu mengelola limbah cair secara benar,” tandasnya. (**)