TOTABUAN.CO BOLTIM –Upaya Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) mellaui Dinas Kesehatan terus melakukan upaya untuk menekan angka kurang gizi melalui pemberian makan tambahan.
Bahkan jumlah penderita gizi buruk di Boltim sejak tiga tahun terakhir mengalami penurunan.
Menurut Kadis Kesehatan Boltim Eko Marsidi, upaya itu sebagai langkah dan perhatian pemerintah terkait dengan peningkatan gizi balita.
“Pemerintah menseriusi masalah gizi buruk di Boltim,” ujar Eko Marsidi Selasa 14 Mei 2019.
Dia mengatakan, sejak 2017 jumlah penderita kasus gizi buruk di Boltim berjumlah dua orang. Pada 2018 tiga orang, sedangkan 2019 turun jadi satu orang. Biasanya penyakit ini menyerang anak-anak berumur 0-59 bulan.
Eko menjelaskan, gejala awal dapat dilihat dari adanya perubahan pada berat badan dan tinggi. Selain itu, penaganan serius Dinkes untuk cegah Stunting atau gizi kronis dilakukan sejak masih dalam kandungan seperti pemenuhan gizi ibu hamil, pemberian ASI ekslusif dan rutin melakukan pemantauan pertumbuhan.
Pentinganya menjaga kebersihan diri dan lingkungan dan pemberian tablet Fe bagi remaja putri (12-18 tahun).
Ada lima pilar sanitasi untuk mencegah Stunting. Yakni pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga, berhenti buang air besar sembarangan, cuci tangan mengunakan sabun,pengelolaan sampah rumah tangga serta pengelolaan limbah cair.
Di Boltim sendiri ada tiga wilayah yang terjadi gizi buruk yakni Kecamatan Modayag, Modayag Barat dan Tutuyan.
Penanganan kasus ini harus dimulai dari mengidentifikasi penyakit penyertaan dari penderita dengan merawatnya baik rawat jalan maupun nginap. Kemudian setelah itu adanya suplai susu atau lainnya. (**)