TOTABUAN.CO BOLTIM– Banyaknya penyelenggara Pemilu 2019 yang sakit bahkan meninggal dunia akibat kelelahan, kurang istirahat dan kurang tidur menjadi perhatian serius bagi pemerintah kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim).
Dinas kesehatan mengintruksikan, tim kesehatan yang ada setiap kecamatan untuk membantu melakukan pemeriksaan kesehatan kepada petugas penyelenggara Pemilu 2019.
Pemilu serentak yang menggabungkan pemilihan presiden dan wakil presiden dengan pemilihan calon legislatif di tahun 2019 ini menuai banyak masalah di tataran penyelenggara Pemilu itu sendiri. Banyaknya petugas yang bertugas di TPS hingga KPPS yang sakit bahkan hingga meninggal dunia.
Di Boltim terdapat sejumlah petugas yang mengalami sakit.
Sedangkan secara nasional Penyelenggara pemilu yang mengalami sakit sebanyak 374 sedangkan yang meninggal dunia tercatat sebanyak 91 orang dan total keseluruhan sebanyak 465 orang dari 20 provinsi yang ada di Indonesia.
“Nanti seluruh Puskesmas akan menempatkan tenaga medisnya di lokasi perhitungan suara, di masing masing Kecamatan se-Boltim,” kata Kepala Dinkes Boltim Eko Marsidi.
Menurutnya, hal itu demi mensukseskan Pemilu serentak tahun 2019 di Boltim.
Eko menambahkan pelayanan kesehatan bagi petugas penyelengara, mulai dari pemeriksaan tekanan darah, dan pemberian vitamin.
Mengingat lanjutnya, para petugas bekerja 2X24 jam dalam pleno perhitungan suara tingkat kecamatan bisa kecapeaan.
“Dalam pleno perhitungan suara bisa saja kecapean atau drop, makanya perlu penanganan pihak medis,” jelasnya.
Sekretaris KPU Boltim Arfan Palima mengapresiasi apa yang dilakukan Pemkab Boltim melalui Dinkes untuk pelayanan kesehatan pada penyelenggara pemilu.
“Itu perlu. Karena rapat pleno di tingkat kecamatan, terkait rekapitulasi perolehan suara peserta pemilu, berlangsung beberapa hari, maka mereka petugas penyelengara pemilu, sangat membutuhkan pelayanan kesehatan,” ujarnya.(**)