TOTABUAN.CO BOLSEL – Batik Pinahangi yang merupakan khas daerah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) saat ini dapat hak paten dari pemerintah pusat.
Hal itu dikatakan Bupati Bolsel Hi Herson Mayulu usai melantik Empat kepala desa yang ada di Kecamatan Bolaang Uki Rabu (25/7/2018).
Bupati menjelaskan, pakaian jenis batik ini, merupakan asli Bolsel dari suku Bolango dan saat ini sudah menjadi seragam khusus Bolsel.
“Jika di Minahasa punya Bentenan dan Gorontalo Karawang dan Bolsel punya Pinahangi yang corak kainnya atas kreasi anak-anak muda Bolango,” ujar Bupati.
Bupati memberikan apresiasi terhadapa kreatifitas anak-anak Bolango. Menurutnya ini bagian dari perwujudan cinta adat dan budaya daerah. Bahwa masyarakat Bolango patut berbangga dengan diperolehnya hak paten untuk pakaian Pinahangi dari pemerintah pusat,ungkap Bupati dua periode ini.
Kendati sudah dipopulerkan sejak 2016, akan tetapi nanti pada 2017 batik ini mulai dijadikan seragam setiap hari Kamis oleh para ASN.
Pemakaian Pinahangi ini tidak hanya Aparatur Sipil Negara (ASN) melainkan seluruh siswa bahkan sampai TK termasuk para kepala desa wajib menggunakan.
Menurut Kabid Pemasaran Pariwisara Dinas Pariwisata Bolsel Delfian Putra Thanta, Sinulrado dalam bahasa Bolango artinya tulisan atau seni tulis yang merupakan sebuah karya tulis yang dituangkan dalam kain putih.
Sinurlado dibagi menjadi empat jenis, yaitu Pinahangi , Sinulrado Bulru Wopato, Sinulrado Bulru Tolru dan Pinihi’a. Klasifikasi ini dibagi berdasarkan bentuk motif serta fungsi, karena Motif sinulrado beda berdasarkan motif maupun fungsi dan pemanfaatannya.
Delfie menuturkan, menurut sejarah seni tulis kain suku Bolango dimulai saat kerajaan Bolango berada di Tapa (Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo) saat penobatan Raja Gobel sebagai raja Bolango ke IX sekitar tahun 1700.
Pada masa Raja Gobel itu adalah masa dimana penciptaan symbol- symbol kebudayaan kerajaan mulai berkembang. Diantaranya adalah mahkota raja, pakaian adat dan seni tari. Salah satu penciptaan yang fenomenal pada masa itu adalah Tari Dangisa.
Pinahangi adalah pakaian adat tertinggi kedudukannya dalam Suku Bolango. Berdasarkan urutan kedudukan dan penggunaannya, pakaian adat perkawinan dipakai oleh keturunan langsung dari Raja Bolango, dalam artian Raja yang sedang memimpin pada masa itu, pakaian ini dipakai hanya jika Keturunan Raja tersebut menikah dengan sesama keturunan
Mitos dan Legenda mengiringi perjalanan kain ini, kesakralan Pinahangi begitu dipercaya masyarakat sehingga turut mempengaruhi bagaimana eksistensi kain ini di masyarakat.
Delfie mengatakan, keterbatasan penggunaan dan kesakralan tersebut membuat kain ini sekarang tidak begitu dikenal lagi dikalangan generasi muda bahkan kaum tua pun ada yang tidak tahu bagaimana motif bahkan sejarah kain ini.
Motif Pinahangi yang asli dibuat langsung dengan Tangan (handmade). Kain Putih mengandung arti kesucian dan kejujuran dalam tata adat melambangkan lipu adati, warna merah mengandung arti keberanian, kesatriaan dalam tata adat melambangkan lipu taunia. Warna hijau mengandung arti kesuburan dan kebebasan menjalankan syariat agama dalam tata adat melambangkan lipu lebe, dan warna ungu mengandung arti persatuan antar lipu-lipu (negeri) dan hubungan para warganya dalam tata adat disebut lipu lipu.
Pembuatan Pinahangi ini membutuhkan waktu kurang lebih Lima sampai tujuh hari , sehingga jika ada hajatan pernikahan maka pakaian ini dibuat lebih dulu sebelum hari pelaksanaan.
Penulis: Hasdy