TOTABUAN.CO BOLSEL —Belum habis publik membicarakan kasus dugaan penganiayaan yang menyeret oknum anggota DPRD di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong), kini muncul lagi kelakuan memalukan dari wakil rakyat di Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel). Bukannya mengamuk demi kepentingan rakyat, kali ini seorang anggota DPRD justru mengamuk karena urusan uang pribadi.
Dialah Marsel Aliu, anggota DPRD Bolsel dari Partai NasDem, yang diduga mengamuk dan merusak fasilitas kantor Sekretariat DPRD Bolsel pada Kamis (9/10/2025).
Aksi beringas itu dipicu oleh kekesalannya lantaran uang perjalanan dinas miliknya belum juga dicairkan.
Nama Marsel Aliu bukan sosok baru di DPRD Bolsel. Kariernya sempat bersinar saat masih bersama PDI Perjuangan. Ia pernah dipercaya menjabat sebagai Ketua DPRD Bolsel, posisi strategis yang kala itu menempatkannya di puncak karier politik daerah.
Namun masa jabatannya tak berlangsung lama. Hanya dua tahun empat bulan karena dipecat sebagai kader karena kasus pengrusakan mobil dinas hingga dygaan penghinaan kepada pumpinan partai saat itu. Marsel kemudian digantikan setelah diusulkan oleh partainya yang saat itu masih diketuai almarhum Hi. Herson Mayulu. Dalam rapat paripurna DPRD tahun 2016, ia resmi digantikan oleh Abdi Van Gobel, disaksikan oleh Wakil Bupati saat itu, Iskandar Kamaru.
Usai keluar dari PDI Perjuangan, Marsel memilih berlabuh ke Partai NasDem.
Pada Pemilu 2023, ia kembali berhasil melenggang ke kursi DPRD mewakili Daerah Pemilihan Bolaang Uki.
Namun sayang, reputasi yang pernah cemerlang itu kini tercoreng oleh ulah emosionalnya sendiri.
Keterangan dari sejumlah pegawai Sekretariat DPRD menyebutkan, Marsel datang ke ruang keuangan sambil berteriak dan melampiaskan kemarahan.
“Dia datang marah-marah dan banting meja karena uang perjalanan dinas belum cair,” ungkap salah satu staf yang enggan disebutkan namanya.
Akibat ulahnya, suasana kantor berubah tegang. Sejumlah pegawai panik dan memilih keluar ruangan. Beberapa fasilitas milik negara seperti printer, lemari arsip, dan berkas keuangan penting rusak akibat kemarahannya.
“Banyak alat kantor yang rusak, termasuk berkas dan lemari,” tambah sumber itu.
Tak berhenti di situ, Marsel juga menulis pesan bernada ancaman di grup WhatsApp Sekretariat DPRD Bolsel.
Isi pesan itu dengan jelas menunjukkan sikap intimidatif:
“Yang tadi itu baru contoh, belum Depe Asli..Jadi jangan coba-coba. Orang lain boleh ngoni pandang enteng, tapi saya jangan. Sungguh mati jangan.”
Tindakan tersebut menuai kecaman luas dari masyarakat dan aktivis lokal.
Banyak yang menilai, perilaku Marsel adalah bukti nyata bahwa sebagian wakil rakyat kini kehilangan etika dan moralitas sebagai pejabat publik.
“Ini bukan sekadar soal uang, ini soal moral dan wibawa jabatan. Pejabat publik seharusnya beretika, santun, dan menjadi contoh bagi masyarakat, bukan malah bertindak seperti preman di kantor sendiri,” kata seorang tokoh masyarakat Bolsel.
Aksi emosional itu juga memperlihatkan bahwa sebagian anggota legislatif lebih sensitif terhadap kepentingan pribadi daripada tugas memperjuangkan rakyat.
Padahal, etika pejabat publik menuntut seorang wakil rakyat untuk menjaga kehormatan jabatan, bersikap tenang, dan menghormati tata tertib lembaga tempat ia bernaung.
Di sisi lain, publik mendesak DPW Partai NasDem Sulawesi Utara untuk tidak menutup mata terhadap ulah kadernya.
Sebagai partai yang membawa slogan “Gerakan Perubahan”, NasDem dinilai harus memberikan sanksi. (*)