TOTABUAN.CO BOLSEL – Kasus kematian tragis Revan Kurniawan Santoso alias Aan di Rumah Tahanan Negara Polres Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) kini memasuki babak baru. Setelah melewati proses panjang, penyidik Polda Sulawesi Utara (Sulut) resmi menaikkan status perkara dari penyelidikan ke tahap penyidikan.
Kepastian ini tertuang dalam Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) yang diterima langsung oleh ayah korban, Inton Santoso, pada Selasa 2 September 2025.
Kuasa hukum keluarga, Taufik Panua, menegaskan bahwa peningkatan status perkara merupakan langkah maju yang patut diapresiasi. Ia menjelaskan, penyidik Subdit III Jatanras Direskrimum Polda Sulut sebelumnya telah melakukan serangkaian penyelidikan mendalam.
“Alhamdulillah, klien kami telah menerima SP2HP dari Polda Sulut. Di dalamnya dijelaskan, hasil gelar perkara pada 25 Agustus 2025 menyimpulkan bahwa ada peristiwa pidana. Karena itu, kasus ini resmi naik status ke penyidikan,” ujar Taufik.
Menurut surat tersebut, dugaan tindak pidana yang dimaksud adalah penganiayaan terhadap korban Aan yang terjadi pada 18 Mei 2025 di dalam tahanan Polres Bolsel. Terlapor dalam kasus ini adalah Iptu Dedy Vengky Matahari.
Naiknya status penyidikan, kata Taufik, menandakan bahwa penyidik telah menemukan bukti awal yang cukup untuk menduga adanya tindak pidana.
“Ini bukan lagi sekadar dugaan biasa. Dengan naiknya status, berarti sudah ada bukti awal yang menguatkan bahwa telah terjadi tindak pidana. Selanjutnya, penyidik akan mendalami bukti, memanggil saksi, dan mengarah pada penetapan tersangka,” tegasnya.
Meski begitu, ia belum bisa memastikan siapa yang akan ditetapkan sebagai tersangka. Namun, keluarga berharap proses ini berjalan cepat dan tanpa kompromi.
Bagi keluarga, naiknya status perkara ke penyidikan adalah angin segar di tengah penantian panjang mencari keadilan. Ayah korban, Inton Santoso, berkali-kali menekankan bahwa kematian anaknya bukan musibah biasa, melainkan harus diungkap secara terang benderang.
“Kami hanya ingin kebenaran. Anak saya meninggal di dalam rutan, dan itu harus jelas penyebabnya. Kami berharap Polda Sulut bisa menuntaskan kasus ini dengan profesional, transparan, dan tanpa pandang bulu,” ujar Inton beberapa waktu lalu.
Kasus kematian Aan sejak awal memang menuai sorotan publik. Banyak pihak menilai peristiwa ini menjadi ujian serius bagi aparat penegak hukum, khususnya dalam memastikan bahwa tidak ada praktik kekerasan dan penyalahgunaan wewenang di balik jeruji.
Langkah Polda Sulut yang berani menaikkan status perkara ke penyidikan pun dianggap sebagai sinyal positif bahwa kasus ini tidak akan dibiarkan menguap begitu saja.
Kuasa hukum keluarga memastikan, pihaknya akan terus mengawal jalannya proses hukum hingga tuntas. Mereka tidak ingin kasus ini hanya berhenti di tengah jalan atau berakhir tanpa kejelasan.
“Sejak awal kami sudah menegaskan, keluarga ingin kasus ini dibuka seterang-terangnya. Siapa pun yang terbukti bersalah, harus diproses sesuai hukum yang berlaku. Kami percaya, Polda Sulut akan konsisten menegakkan keadilan,” tutup Taufik. (*)
