TOTABUAN.CO BOLSEL – Pemkab Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) pada tahn 2021 ini, telah menetapkan 15 program intervensi dalam rangka penurunan angka Stunting.
Program yang ditetapkan itu, selain bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), juga ditambah dengan Dana Alokasi Khusus serta dari Dana Desa. Hal ini sebagai bentuk komitmen pemerintah untuk menghapus kasus stunting di Bolsel.
Stunting, merujuk pada kondisi kekurangan gizi kronis di 1.000 Hari Pertama Kehidupan atau 1.000 HPK, tidak hanya memengaruhi tinggi badan balita, tetapi juga berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan dan kesehatan dalam jangka panjang sehingga menjadi ancaman dalam bonus demografi dan pencapaian target Indonesia Emas 2045.
Menurut Kepala Bapelitbnagda Bolsel Harifin Matulu, Pemkab Bolsel berkomitmen untuk menurunkan stunting menjadi nol persen hingga 2024 mendatang.
Penetapan 15 program bertujuan untuk menguatkan upaya konvergensi percepatan penurunan stunting. Penetapan ini juga menjadi dasar bagi pemerintah untuk dapat mengintegrasikan berbagai dukungan pembiayaan, baik yang bersumber dari APBN, APBD hingga dana desa.
Dari 15 program yang ditetapkan pada 2021 ini, ada tiga program yang paling menonjol. Yakni, pembangunan tangki septik skala individual Perdesaan Rp10.200.000.000, SPAM Desa Rp 9.790.000.000 dan pengelolaan pelayanan kesehatan gizi masyarakat dengan alokasi anggaran Rp1.020.976.000.
Harifin menambahkan, capain intervensi penurunan stunting di Bolsel yang sudah dilakukan pada 2018 lalu dimulai dari 50.01 Persen, Tahun 2019 berkurang menjadi 33.8 Persen, dan tahun 2020 menjadi 14.08 persen.
Pada tahun anggaran 2021, dana program intervensi penuruan stunting yang bersumber dari APBD Rp17.649.824.611. Sedangkan pada tahun 2022 direncanakan mencapai Rp27.349.505.628.
Sedangkan berasal dari APBDes, pada Tahun 2021 berjumlah Rp.11.205.200.000 dan tahun 2022 direncanakan mencapai Rp. 11.225.200.000.
Sebelumnya, kurang lebih 32 desa di Bolsel menjadi likasi khusus (Lokus) intervensi stunting 2021.
Menurut Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Bolsel I Nyoman Sukawanayasa, mengatakan, pihaknya sedang menjalankan aksi 1 dan 2 untuk analisis situasinya. Ini juga adalah salah satu upaya dalam rangka menentukan lokus 2022.
Ia mengatakan, berdasarkan data 2020, stunting di Bolsel kurang lebih berada di angka 14 persen. Dari jumlah ini, Kecamatan Bolaang Uki adalah tertinggi.
“Data 14 persen yang akan diintervensi. Tahapan konvergensi stunting tahun 2021 sudah mulai jalan. Dan ini membutuhkan kerja sama dari semua leading sektor,” kata Nyoman.
Sebenarnya lanjut Nyoman, Bolsel telah mengalami penurunan angka stunting dari tahun ke tahun.
Diberbagai kesempatan, Bupati Bolsel Iskandar Kamaru menuturkan, pencegahan stunting menjadi program prioritas.
Selain itu, dengan membuka Pencanangan Rumah Data Kependudukan Paripurna Kampung KB Desa Transpatoa pada Februari lalu, bagian dari dalam percepatan penurunan dan pencegahan stunting. (*)