TOTABUAN.co, Bolsel – Keberadaan Bolaang Mongondow Selatan (Bolsel) menjadi daerah otonom tidak lepas dari perjuangan Almarhum AW Mohune sebagai ketua presidium pemekaran. Makanya, tak salah bisa Om Diko sapaan Mohune dianggap sebagai pahlawan pemekaran Bolsel.
Julukan pahlawan Bolsel tersebut disampaikan mantan Pjs Bupati Bolsel Arudji Mongilong melalui akun facebooknya sejam setelah Mohune hebuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit Kinapit, Pukul 15.00 Wita, Minggu 7 Juli 2013.
“Innalillahi Wa Innailahi Rajiun. Turut berduka cita atas berpulangnya orang tua dan pahlawan pemekaran Bolaang Mongondow Selatan. Bapak A.W. Mohun. ,” tulis Arudji.
“Semoga Allah Swt, menerima amal dan bakti Almarhum selama hidup, khususnya perjuangan beliau dalam memekarkan Bolaang Mongondow Selatan. Doa kami untuk Almarhum, dan semoga kita semua diberikan keikhlasan menerima keputusan Allah Swt,” lanjut Papa Chan sapaan Arudji.
Om Diko meninggal karena komplikasi penyakit yang dideritanya. Semasa hidupnya, Almarhum banyak memberi sumbansih kepada tanah lelulurnya. Tahun 2008, Bolsel mekar dari Bolmong Induk menjadi daerah otonomi baru.
Almarhum dikenal sebagai tokoh masyarakat sekaligus politisi ulung. Ia mantan anggota Dekab Bolmong (sebelum mekar,red), terakhir dia merintis sebuah Yayasan bernama Cokro Aminot.
Om Diko rencananya di kebumikan Senin 8 Juli 2013 di Salongo. Lahir di Salongo 21 April 1944. Meninggalkan diusia 69 tahun, meninggalkan seorang istri bernama Rukmini Masloman dengan anak antaranya Burhan Mohune, Zulkifli Mohune dan Melani Mohune.
Peliput: Hasdy Fattah