TOTABUAN.CO KOTAMOBAGU—Hampir sepekan, nama Kakek Zakaria ribut diperbincangkan. Kakek yang mengklaim juru kunci harta Soekarno itu saat ini bermukimin di Desa Inuay Kecamatan Passi Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) dengan sejumlah benda yang menurut dia merupakan peninggalan Soekarno.
Rabu (30/9) totabuan.co mencari tahu kebenaran soal Kakek Zakaria di Desa Poyowa Kecil Kecamatan Kotamobagu Selatan. Dari beberapa sumber yang didapat termasuk Istrinya , ternyata suaminya sudah lama tidak tinggal di rumah. Dari kartu keluarga yang ditunjukan ternyata Zakaria punya nama aslinya yakni Arudji Paputungan. Dia lahir pada 17 Agustus 1947 di Desa Poyowa Kecil. Arudji memiliki Istri bernama Linang Bukut (63) yang hingga kini masih tinggal di rumah yang ditinggalkan suaminya.
Linang yang ditemui di rumahnya di Desa Poyowa Kecil mengatakan, kalau suaminya itu dijemput oleh anggotanya untuk pergi bertugas di luar Sulawesi pada 2010 lalu.
“Waktu itu Kakek bilang kalau dia mau pergi berjuang di Jawa. Jadi Kakek hanya datang saat lebaran saja. Kakek hanya berpesan untuk jaga anak dan cucu di rumah,” ungkap Linang.
Linang mengaku tidak mengetahui soal harta karun peninggalan Soekarno. Setahunya Kakek Arudji sudah siap untuk hadir karena Negara ini sudah mulai mengalami kehancuran.
“Kakek bilang kalau dia sudah siap untuk bantu Negara. Jadi dia pergi dengan para anggotanya di pulau Jawa ,” ujarnya.
Di rumah tua itu Linang hanya hidup bersama anak dan cucunya. Rumah terbuat dari papan da atap genteng, terdapat foto Arudji besama pasukannya serta dan beberapa Piagam penghargaan. Namun dalam piagam itu nama dan tanggal lahir Arudji tidak sesuai dengan identitas asli kartu keluarga. Di situ terterah nama Zakaria Sukarta Pota 1000Z Malik dan lahir pada 01 Januari 1901.
Namun sejumlah warga menyebutukan kalau kakek itu sudah lama tidak tinggal di Poyowe Kecil. Menurut warga, jika sang kakek sering mengaku sebagai pembawa wahyu.
“Dia (Kakek red) itu jarang bergaul di Poyowa Kecil. Dan selalu melakukan pertemuan dengan pegikut di daerah Ttumuyu. Bahkan dia sering mengaku Sunan,” tutur warga.
Warga menambahkan memang sejak sering mengaku Sunan, warga sekitar sudah mengangap Arudji sudah tidak warasa lagi. Sebab apa yang dia lakukan sudah kebanyakan perilaku aneh.
Kisah Arudji ternyata belum sampai disitu. Dia mengaku adalah anak semata wayang. Namun dibantah adik kandungnya yang sering disapa Nenek Handy (61). Nenek Handy mengatakan Arudji adalah anak tertua dari 4 bersaudara. Namun Arudji tidak mengakui mereka sebagai adik kandungnya sendiri.
“Kami kelaurga sudah tidak tahu lagi kalau kakak kami itu ada di mana. Karena sudah jadi aneh. Makanya kami keluarga sudah lupa kalau kami ada kakak tertua,” kata Nenek Handy.
Kepala Desa Poyowa Kecil Supardi Bonok mengatakan, sejak dulu Kakek Arudji sudah bertingkah seperti itu. Namun dia sendiri belum menerima laporan kalau ada masyarakat setempat yang merasa tertipu dengan penyataannya.
“Perna Kakek Arudji berencana mengadakan upacara sendiri di halaman rumahnya. Pergi memasang bendera di atas gunung bersama pengikutnya dan lebih parah lagi dia sempat memberikan saya bola emas yang ternyata palsu karena bola itu hanya dicat warna emas,” kata Supardi mengenang cerita Kakek Arudji.
Namun lanjut Supardi , dia pernah tantang Kakek Arudji dulu untuk menggali harta karun yang ada di bawa rumahnya. Sebab Kakek Arudji pernah mengatakan, di bawa rumahnya ada tertimbun batangan emas. “Makanya saya tantang dia. Kalau tidak ada nyawa jadi taruhan. ternyata kan bohong. Makanya dia sering kita juluki Pemimpin Republik Mimpi dan namanya sering kami panggil dengan sebutan YONGIT (Nyamuk),” pungaksnya. (Mg2)