TOTABUAN.CO BOLMONG – Nama Sangadi Labuan Uki, Ibrahim Nata, akhir-akhir mendapat sorotan publik. Atas kebijakan yang dinilai bertentangan, Ibrahim dipanggil Asisten I Pemkab Bolaang Mongondow (Bolmong), Deker Rompas, Senin 15 September 2025
Pemanggilan tersebut bukan tanpa alasan. Ibrahim diminta klarifikasi dan langsung diberikan pembinaan dan arahan menyusul munculnya isu terkait dugaan pengusiran warga di desanya.
Deker menegaskan, pemanggilan ini dilakukan bukan untuk menjatuhkan, melainkan sebagai bentuk pengingat agar seorang kepala desa benar-benar berhati-hati dalam mengambil kebijakan. Apalagi, keputusan sangadi menyangkut langsung hak-hak dasar masyarakat.
“Sudah saya panggil dan diberikan arahan sekaligus pembinaan. Ini untuk mengingatkan bahwa sebagai pemimpin, harus berhati-hati dalam bertindak. Jangan sampai ada keputusan yang melanggar hak asasi warga,” ujar Deker.
Menurut Deker, langkah pembinaan terhadap Ibrahim juga didasari oleh pengalaman pahit yang pernah terjadi di Bolmong. Seorang kepala desa sebelumnya dilaporkan bahkan ditetapkan sebagai tersangka karena persoalan serupa.
“Jangan sampai itu terulang. Kasus yang lalu harus jadi pelajaran bagi semua, termasuk Sangadi Labuan Uki. Kita tidak ingin ada lagi kepala desa yang berhadapan dengan hukum hanya karena salah dalam mengambil keputusan,” tegasnya.
Sebagai pemimpin desa, Ibrahim Nata memiliki peran sentral dalam memastikan pelayanan publik berjalan baik. Desa, kata Deker, adalah ujung tombak pemerintahan yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Karena itu, seorang sangadi dituntut untuk mampu mengayomi, mendengarkan, dan menyelesaikan setiap persoalan dengan bijak.
“Fungsi desa itu untuk mendekatkan pelayanan, bukan membuat masyarakat merasa diabaikan. Itulah yang saya ingatkan kepada Sangadi Labuan Uki Ibrahim Nata,” terang Deker.
Deker sebagai Plt Kadis PMD ini juga memberikan arahan langsung kepada Ibrahim agar setiap penyelesaian masalah di desa dilakukan melalui musyawarah. Badan Permusyawaratan Desa (BPD), tokoh masyarakat, tokoh agama, hingga tokoh adat harus dilibatkan agar keputusan yang diambil tidak menimbulkan polemik baru.
“Saya sudah ingatkan kalau ada masalah, duduk bersama dengan semua unsur. Itu akan lebih bijak dan bisa diterima masyarakat,” ucap Deker.
Bagi Deker, pembinaan sekaligus arahan yang diberikan kepada Ibrahim Nata adalah upaya agar persoalan pelayanan publik di Labuan Uki bisa lebih baik ke depan. Deker menegaskan, bukan hanya Ibrahim, tetapi semua kepala desa di Bolmong harus memandang pelayanan publik sebagai prioritas utama.
“Ini pengalaman yang harus diambil hikmahnya. Bagi Pak Ibrahim, saya harap bisa menjadi titik balik dalam memperkuat pelayanan di desanya. Bagi sangadi lain, ini menjadi peringatan agar tidak mengulang kesalahan serupa,” tandas Deker.(*)