TOTABUAN.CO BOLMONG – Ratusan rumah yang bermukim di pesisir pantai Motabang Kecamatan Lolak Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) terancam. Penyebabnya, kondisi tersebut berada di pinggir pantai yang terkena abrasi air laut.
Hasil pantauan wartawan ini, jarak bibir pantai dengan rumah penduduk tinggal 10 meter.
Warga mengaku cemas karena kondisi rumah mereka mulai diterjang ombak dua hari terkahir.
Menurut warga, perlu segera ada tindakan agar abrasi tidak merusak rumah warga.
“Kalau dibiarkan, akan berdampak rumah kami dan ini sangat berbahaya,” ucap Salma warga Lolak.
Abrasi adalah terkikisnya suatu materi karena kekuatan air, atau ombak. Abrasi ini terjadi di sepanjang pesisir pantai Desa Lolak.
“Titik abrasi di sepanjang 2 kilometer,” tambah warga.
“Setidaknya kalau sudah ada pemecah ombak, tentu akan berguna untuk mengurangi kencangnya ombak.
Menurut warga ancaman abrasi ini semakin parah sejak empat tahun terakhir. Bahkan air laut sempat naik ke masuk ke rymah warga, dan tahun ini terjadi lagi.
Pada peristiwa yang terjadi Senin (18/1) sejumlah rumah di pesisir pantai Bungin, Desa Motabang, Kecamatan Lolak, rusak akibat terjangan ombak besar.
Kebanyakan kerusakan itu terjadi pada bagian dapur rumah. Seperti dapur rumah milik Said yang berada di ujung desa, dindingnya rata tanah dihantam gelombang.
Said menceritakan, saat ombak menghantam pesisir rumah dengan ketinggian capai 5 meter.
Dengan kejadian tersebut, warga yang rumahnya berada di pesisir, harus mengungsi di tempat yang lebih aman atau ke saudara mereka.
Menurut Kepala Desa Motabang Ismail Dilapanga, ada delapan rumah di pesisir pantai Bungin rusak karena diterjang ombak. Umumnya rumah alami kerusakan pada bagian dapur yang menghadap pantai.
Selain bangunan kata Ismail, ada laporan perahu nelayan hilang. Beberapa tenda lokasi wisata juga hancur.
Kepala BPBD Bolmong Syahril Mokoagow mengatakan, pihaknya sudah turun lapangan untuk melakukan asesmen untuk penanganan.
Anggota DPRD Bolmong Supandri Damogalad yang turun langsung di lokasi bencana meminta pemerintah menseriusi hal ini.
Ia meminta ada solusi jangka pendek dan jangka panjang.
“Jangka pendeknya mungkin dibuat penahan sementara. Jangka panjang bisa dibuat tanggul,” ujarnya. (*)