TOTABUAN.CO BOLMONG — Penanganan stunting di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) terus diseriusi pemerintah daerah. Pada tahun 2020, angka stunting di kabupaten Bolmong mampu ditekan hingga 3.87 persen.
Menurut Kepala Bappeda Kabupaten Bolmong Taufik Mokoginta, pencapaian ini didapatkan, tidak lepas keseriusan Bupati Bolmong Yasti Soepredjo Mokoagow.
“Upaya pencegahan stunting menjadi salah satu program prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD),” ucap Taufik saat memimpin rapat koordinasi di aula Bappeda Selasa 20 April 2021.
Taufik membeberkan, tercatat jumlah balita pada tahun 2020 yakni berjumlah 2.298. dari jumlah tersebut jumlah kasus stunting berjumlah 172 kasus, 83 diantaranya status normal dan 89 masih tercatat sebagai kasus stunting.“Artinya dari angka tersebut, mampu ditekan 3,87. Artinya dari angka tersebut, mampu ditekan 3,87.
Taufik menambahkan, penurunan akan terus ditekan sampai kl 30 % Tahun 2021. Sementara penurunan 2019 ke 2020 kl 19 % dari 103 kasus pada 2019 menjadi 89 kasus di tahun 2020..
Kabupaten Bolmong termasuk salah satu daerah di Sulut yang terus memprioritaskan penanganan stunting. Berbagai program sosialisasi, edukasi, hingga pencegahan dan penanganan stunting menjadi salah satu fokus pembangunan.
Meski sudah mencapai penurunan yang cukup lanjutnya, upaya edukasi dan sosialisasi untuk mencegah stunting terus dilakukan. Di antaranya, edukasi kepada generasi muda tentang pentingnya mempersiapkan ekonomi saat menikah dan memiliki anak.
“Karena kita tahu, mendidik atau melakukan edukasi terhadap pasangan muda itu tidak mudah, (memberi pemahaman) setelah mereka punya balita butuh biaya yang besar, juga butuh support dari berbagai pihak. Oleh karena itu rembug stunting menjadi strategis apalagi di tengah-tengah pandemi Covid ini,” paparnya.
Edukasi tentang perlunya peningkatan gizi ibu hamil sangat diperlukan untuk menekan angka stunting. Di antaranya, melalui kegiatan penyuluhan, tentu dengan menerapkan protokol kesehatan.
“Kemudian kita tekankan lagi, ini lagi situasi pandemi, ibu hamil juga harus hati-hati, mereka harus rajin mengonsumsi makanan sehat dan bergizi sehingga di samping untuk imunitas dirinya, juga untuk menjaga kesehatan bayinya. Sosialisasi ini akan terus dilakukan”, tegasnya.
Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bolmong dr Erman Paputungan memaparkan, perlunya sinergi antar organisasi perangkat daerah (OPD) melalui berbagai kegiatan untuk perbaikan gizi ibu hamil hingga kampanye perubahan perilaku masyarakat untuk mencegah stunting.
“Perlu penyesuaian alokasi anggaran, manajemen layanan untuk meningkatkan integrasi intervensi gizi sampai tingkat desa, hingga koordinasi antar program, antara kabupaten hingga kecamatan dan desa untuk percepatan,” pungkasnya.
Dari delapan kecamatan yang memiliki jumlah kasus, dua diantara memiliki kasus tinggi. Yakni Kecamatan Lolayan berjumlah 88 kasus, dan Kecamatan Dumoga Barat 24 kasus. Sedangkan Kecamatan Lolak ketiga terbesar yakni 20 kasus.
Pada 2021, Pemkab Bolsel telah menetapkan 19 lokasi prioritas yang terdapat di enam kecamatan. Untuk Kecamatab Lolayan terdapat di Desa Mengkang, Desa Mopusi, Desa Tanoyan Selatan, Desa Matali Baru, Desa Bakan, Desa Tanoyan Utara, Lolayan dan Desa Kopandakan 2.
Kecamatan Dumoga Barat yakni Desa Doloduo 2, Doloduo 3 dan Desa Matayangan. Kecamatan dumoga Utara Desa Mopuya Utara 2 dan Desa Tumokang Timur. Kecamatan Dumoga Timur yakni Desa Tonom dan Desa Amertha Sari. Kecamatan Bolaang yakni Desa Solimandungan I. Kecamatan Lolak Desa Totabuan dan Desa Solog. Sedangkan Kecamatan Sang Tombolang yakni di Desa Domosil.
Sedangkan anggaran yang disiapkan untuk penanganan stunting pada tahun anggaran 2021 dan 2022 mencapai Rp136.312.636.620. Total dana tersebut terhimpun lewat aksi konvergensi yang ada di Sebelas SKPD. (*)