TOTABUAN.CO BOLMONG— Puluhan pengurus lintas Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) di Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) menggelar aksi damai di kantor DPRD Bolmong, Selasa (2/9) lalu, untuk menyuarakan dukungan terhadap percepatan pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Perampasan Aset.
Aksi yang berlangsung tertib ini diprakarsai sejumlah OKP. Seperti GP Anshor, GAMKI, Pemuda Muhammadiyah, KAHMI, dan BKPRMI.
Ketua GP Ansor Bolmong, Rudy Satria Mandala Bunout dalam orasinya menegaskan pentingnya DPRD Bolmong bersikap tegas dan terbuka dalam mendukung RUU yang dinilai sangat krusial dalam pemberantasan korupsi.
“Kami tidak ingin DPRD hanya diam. Suara pemuda jelas: dukung RUU Perampasan Aset demi keadilan dan kepastian hukum,” tegas Sas panggilan akrab Rudy Satri Mandala Bunout.
Para peserta aksi menyampaikan bahwa RUU ini merupakan langkah penting untuk menutup celah hukum yang selama ini dimanfaatkan oleh para koruptor untuk menyembunyikan dan menikmati hasil kejahatannya. Mereka juga menekankan bahwa dukungan dari DPRD daerah akan menjadi tekanan politik tambahan bagi pemerintah pusat untuk segera mengesahkan regulasi tersebut.
Selain mendesak dukungan terhadap RUU Perampasan Aset, massa juga menyampaikan beberapa poin aspirasi lainnya, antara lain Mendorong DPRD Bolmong agar lebih responsif terhadap isu-isu strategis nasional yang berdampak langsung pada masyarakat daerah. Menolak kebijakan yang dinilai tidak pro rakyat, seperti kenaikan iuran BPJS dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Mendesak agar seluruh aspirasi tersebut disampaikan secara berjenjang hingga ke DPR RI.
Aksi tersebut diterima langsung oleh sejumlah anggota DPRD Bolmong dan dilanjutkan dengan audiensi terbuka.
Ketua DPRD Bolmong, Tony Tumbelaka, menyampaikan apresiasi atas partisipasi aktif pemuda dalam mengawal isu-isu besar bangsa.
“Aspirasi ini akan kami bawa ke dalam forum resmi dewan. Ini bukan hanya suara pemuda, tapi suara hati rakyat Bolmong,” ujarnya di hadapan para perwakilan OKP.
Setelah menyampaikan tuntutan dan berdialog langsung, massa aksi membubarkan diri secara tertib dengan pengawalan aparat kepolisian. Tidak ada kericuhan, tidak ada bentrokan. Hanya suara yang lahir dari kepedulian dan harapan.
Aksi ini mungkin berlangsung hanya dalam hitungan jam. Namun bagi banyak orang yang menyaksikan, gaungnya bisa bertahan jauh lebih lama.
Di tengah situasi politik nasional yang kerap kali membuat publik apatis, pemuda Bolmong menunjukkan bahwa harapan masih ada. Bahwa dari pelosok negeri, suara keadilan tetap bisa menggema menuntut perubahan, menagih keberanian, dan membela yang benar. (*)