TOTABUAN.CO BOLMONG — Pemkab Bolaang Mongondow (Bolmong) dan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) Sulawesi Utara (Sulut) terus memperkuat kerja sama terkait perlindungan dan penempatan pekerja migran di Indonesia sekarang dan ke depan.
Seperti yang digagas Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Bolmong dengan BP2MI Sulut yang ikut menggandeng Direktur Utama PT Yuta Tengker Mulia Vanda Tengker untuk mensosialisasikan terkait pendidikan dan pelatihan Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) tujuan ke Jepang.
Sosialisasi itu dibuka Asisten I Deker Rompas mewakili Pj Bupati dr Jusnan Calamento Mokoginta bertempat di Lantai II Kantor Bupati dihadiri Kadis Transmigrasi dan Tenaga Kerja Renti Mokogita, Kepala BP2MI Sulut Hendra Makalalag, serta Dirut PT Yuta Tengker Mulia Vanda Tengker, para Camat para CPMI dan perwakilan stackholder dilingkup Pemkab Bolmong.
Asisten I Deker Rompas membacakan sambutan Pj Bupati dr Jusnan Calamento Mokoginta menyambut baik sosialisasi tersebut.
Sosialisasi pendidikan dan pelatihan CPMI ini merupakan tindaklanjut dari kerja sama antara Pemkab Bolmong dan BP2MI beberapa waktu.
Selain itu, sosialisasi ini juga merupakan bentuk keseriusan pemerintah daerah dalam menganggarkan dana APBD untuk bekerjasama dengan pihak perusahan dalam bentuk pelatihan.
“Jepang menawarkan berbagai peluang kerja bagi tenaga kerja asal Indonesia di sektor-sektor yang sangat membutuhkan tenaga kerja asing. Tentu ini menjadi peluang bagi CPMI asal Bolmong harus mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan,” katanya Senin 29 Juli 2024.
Dengan program visa yang lebih terbuka dan inisiatif pemerintah yang mendukung, peluang bagi pekerja Indonesia di Jepang semakin besar.
Sehingga itu, penting bagi para calon pekerja untuk mempersiapkan diri dengan baik. Baik dari segi bahasa, keterampilan, maupun pemahaman budaya, untuk memanfaatkan peluang tersebut dengan maksimal dan menghadapi tantangan yang mungkin muncul.
Kepala BP2MI Sulut Hendra Makalalag menjelaskan,
Jepang, dengan perekonomiannya yang maju dan kebutuhan tenaga kerja yang terus meningkat, menawarkan peluang besar bagi tenaga kerja asing, termasuk dari Indonesia.
“Jepang menghadapi kekurangan tenaga kerja yang signifikan di berbagai sektor. Hal ini membuka peluang bagi tenaga kerja Indonesia yang memiliki keterampilan dan semangat kerja tinggi untuk mengisi kekosongan tersebut,” kata Hendra.
Hendra menjelaskan, sejumlah sektor dengan peluang besar. Seperti kesehatan dan perawatan lansia, industri manufaktur, seperti elektronik, otomotif, dan permesinan.
Ada juga sektor pertanian dan perikanan, pariwisata dan perhotelan.
Selain itu ada juga specifird skilled worker (SSW) yang bergerak disektor industri, termasuk perawatan lansia, manufaktur, dan pertanian. Program ini memungkinkan tenaga kerja asing bekerja di Jepang selama lima tahun dengan kemungkinan perpanjangan.
Technical Intern Training Program (TITP) ini bertujuan untuk transfer keterampilan, teknologi, dan pengetahuan teknis kepada tenaga kerja asing melalui pelatihan di tempat kerja.
Sebelumnya, Kepala Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Renti Mokoginta mengatakan, sosialisasi ini untuk melakukan edukasi terhadap CPMI.
Ini juga merupakan implementasi sinergitas pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam penyiapan kompetensi CPMI melalui program Government to Government (G to G).
“Orang Jepang sangat primordial, di mana mereka sangat mencintai dan bangga dengan bahasanya. Jadi, adik-adik yang belajar bahasa Jepang selama 3 bulan agar memantapkan bahasanya,” ujar Renti.
Dia mengatakan, pelatihan yang dilakukan ini adalah gratis, sehingga kesempatannya jangan sampai disia-siakan. (*)