TOTABUAN.CO BOLMONG— Pasca pemidahan aktivitas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Datoe Binangkang ke Lolak berdampak hilangnya pemasukan bagi daerah. Dimana setelah dipincahkan berdampak pada retribusi kesehatan. Jika biasanya daerah menerima 2.1 miliar setiap tahun, kini pemasukan tersebut hilang sejak beberapa bulan terakhir ini.
Setelah resmi dipindahkan RSUD ke Ibukota Kabupaten di Lokal pada 12 Januari lalu, hingga saat ini aktivitas rumah sakit tersebut belum terlihat aktivitas yang memadai . Berdasarkan pantauan, sejumlah pegawai masih sibuk membenahi barang ditiap ruangan bahkan kondisi rumah sakit masih sepi.
Data yang didapat, jika retribusi untuk rumah sakit berjumlah 2.1 miliar yang menjadi sumber pendapatan asli daerah (PAD) susut sejak awal tahun anggaran 2017 ini.
“Saya rasa kebijakan untuk memindahkan rumah sakit ke Lolak sangat terburu-buru tanpa memikirkan dampak yang terjadi. Termasuk sektor PAD yang tidak dipikirkan. Pada akhirnya daerah merugi,” ujar Alfian warga Lolak.
Beberapa penilaian belum siapnya aktivitas rumah sakit untuk dioperasikan kata Alfian, karena masih terkendalanya sarana dan prasaran lainnya. Seperti, air, listrik serta peralatan medis lainnya. “Harusnya itu dulu yang dipikirkan. Saat ini meski resmi dipindahkan, tapi belum terlihat aktivitas di rumah sakit tersebut,” tambahnya.
Penjabat Bupati Bolmong, Adrianus Nixon Watung menjelaskan, pemindahan rumah sakit itu bagian dari pendekatan pelayanan kepada masyarakat. “Artinya masyarakat sudah tidak menempuh jarak yang cukup jauh ke Kotamobagu lagi. Apalagi di Kecamatan Lolak hanya ada Puskesmas saja,” katanya.
Ia menambahkan, Pemkab akan terus berupaya untuk melengkapai beberapa kekurangan yang ada. Mulai dari ketersediaan listrik, air hingga peralatan rumah sakit. Menurutnya Pemkab sudah menyediakan dana untuk penambahan daya listrik. Selain itu peralatan rumah sakit lainnya akan segera diadakan. “Setidaknya ini bagian dari upaya Pemkab untuk memindahkan rumah sakit ke Ibukota Lolak. Dan pastinya ini akan menjadi focus bagi pemerintah ke depan,” tuturnya.
“Kalau masih di Kotamobagu banyak biaya yang harus dikeluarkan. Belum biaya sehari-hari, transportasi maupun lainnya,” katanya lagi.
Penulis: Hasdy