TOTABUAN.CO BOLMONG– Siang itu, suasana Lapangan Da’agon Lolak tampak ramai. Di sela hiruk pikuk aktivitas warga, Bupati Bolaang Mongondow (Bolmong) Yusra Alhabsyi terlihat berjalan santai. Tidak dengan langkah formal seorang pejabat, melainkan lebih menyerupai seorang sahabat yang datang menyapa.
Langkahnya kemudian terhenti di kerumuman sopir angkot yang sedang menunggu penumpang. Dengan ramah, Yusra mengajak ngobrol para sopir. Senyum mengembang, obrolan pun mengalir. Bupati bertanya soal tarif angkutan dari Kotamobagu–Lolak hingga Inobonto–Lolak. Para sopir menjawab apa adanya, sesekali diselingi canda kecil yang membuat suasana akrab.
“Ada rencana untuk membuka trayek baru. Mulai Kotamobagu–Lolak dan Inobonto–Lolak. Tapi tentu butuh kajian dulu,” ucap Yusra sembari menyimak serius.
Menurutnya, transportasi bukan hanya soal kendaraan yang hilir mudik, tetapi tentang denyut kehidupan ekonomi masyarakat. Apalagi Bandara Lolak sudah bersiap beroperasi, dan akses jalan menjadi kunci untuk menghubungkan desa-desa dengan pusat aktivitas baru itu.
“Semua harus kita pikirkan dari sekarang. Kalau transportasi lancar, perekonomian akan ikut bergerak,” lanjutnya.
Tak hanya dengan sopir, Yusra juga menyapa dua ibu penjual es yang duduk di bawah payung sederhana. Obrolan ringan seputar dagangan membuat wajah kedua pedagang itu sumringah. Ada rasa dihargai, ketika seorang bupati mau meluangkan waktu sekadar bertanya kabar dan memberi semangat.
Bagi Yusra, pembangunan Lapangan Da’agon tidak sekadar menata ruang publik. Lebih dari itu, lapangan ini diharapkan menjadi ruang hidup baru bagi masyarakat kecil. Peluang usaha akan terbuka, UMKM bisa berkembang, dan kehidupan warga sekitar ikut terangkat.
“Kami sedang menyiapkan program Pemberdayaan ASN Sahabat UMKM. Tujuannya agar pelaku usaha kecil tidak berjalan sendiri, tapi punya teman yang siap mendukung,” ungkapnya.
Obrolan singkat di Lapangan Da’agon hari itu menjadi potret sederhana, bagaimana seorang pemimpin mencoba hadir di tengah rakyatnya. Menyapa sopir, menyemangati pedagang kecil, sekaligus menegaskan bahwa setiap kebijakan besar harus dimulai dari mendengar suara mereka yang hidup paling dekat dengan realita. (*)