TOTABUAN.CO BOLMONG – Peristiwa ambruknya tambang yang di lokasi Busa Desa Bakan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) meninggalkan cerita sedih bagi keluarga korban.
Peristiwa yang merenggut puluhan orang itu, terjadi pada Selasa 26 Februari 2019 sekitar pukul 20:30 Wita.
Peristiwa naas itu, menjadi perhatian media masa nasional bahkan internasional. Sebab puluhan penambang yang bergantung hidup di lokasi itu, menjadi korban tertimbun material longsor.
Salah satunya dialami Irma Makansi (18) Warga Tanoyan Selatan Kecamatan Lolayan Kabupaten Bolmong yang suaminya menjadi korban longsor.
Irma harus menerima kenyataan pahit di usia pernikahannya yang baru setahun. Baru dikaruniai momongan yang masih berumur Tiga Bulan, sang suami Alfiandi Tulong harus menghadap Sang Khalik atas peristiwa ambruknya tambang tempat bergantung hidup.
Saat ditemui di rumah mertuanya di Desa Tanoyan Selatan, Irma tak mampu menyembunyikan kesedihannya. Dia tak menyangka Selasa itu menjadi hari terakhir melihat suaminya pergi menambang.
Kendati tak mampu menahan air mata saat diwawancarai, namun Irma mencoba tegar. Irma mengaku, tak ada tanda sedikitpun jika kepergian Alfiandi Tulong suaminya itu, merupakan hari terakhir meninggalkannya bersama buah hati mereka.
“Tidak ada tanda-tanda jika hari itu, merupakan hari terakhir,” ungkap Irma.
Matanya bengkak karena terus menangis. Dia belum mampu untuk bercerita lebih jauh. Saat itu, dia berharap agar Alfiandi mendapatkan tempat yang paling baik.
“Kami baru setahun menikah, dan baru dikaruniai satu anak. Namanya Faiza Arfino Tulong. Faiza masih berumur 3 bulan,” kata Irma menambahkan.
Di rumah itu, Irma tak sendiri. Di sana dia masih ditemani Sarupudin Tulong dan Sutarni Yakub menantunya, serta Vini Tulong kakak iparnya. Keluarga dan kerabat terus berdatangan untuk terus memberikan dukungan sekaligus terus menghibur.
Alfiandi Tulong satu diantara warga Tanoyan yang menjadi korban ambruknya tambang. Sebab di desa itu, ada Tujuh orang yang menjadi korban ambruknya tambang tempat mereka mencari meterial emas.
Dia berharap, suaminya mendapat tempat yang layak.
“Hanya doa yang bisa kita kirim. Semoga dia diberikan tempat yang layak,” ungkap Irma sambil menyeka air matanya dengan ujung kain putih yang melingkar.
Samsudin Yakub warga setempat mengatakan, hampir semuanya warga Tanoyan bersandar hidup sebagai penambang. Sehingga tidak heran, jika kejadian itu membuat semua warga merasa terpukul dan merasa kehilangan.
Untuk Desa Tanoyan kata dia ada Tujuh orang yang meninggal. Tapi satu hingga kini belum diketahui. Tapi ada juga yang masih selamat,” ungkapnya.
Herman Rasyid (29) warga Tanoyan satu diantaranya yang selamat. Namun dia, alami luka di bagian kepala, serta tulang belakangnya goyang akibat terkena reruntuhan.
Herman bercerita, kejadian itu secara tiba-tiba. Beruntung saat kejadian itu, dia berada di mulut goa dan sempat menyelamatkan diri.
Saat kejadian itu, dia masih sempat menyelamatkan tiga rekannnya yang sudah dalam kondisi tertimbun material.
“Yang paling sulit saya selamatkan teman saya, karena posisi badannya sudah tertimbun sampai pinggang,” jelasnya Heman.
Tiga temannya itu bernama Langku, Nando dan Deny.
Setelah berhasil menyelamatkan tga rekannya, ia sempat mendengar suara minta tolong dari dalam goa. Tapi apa boleh buat, semua sudah dalam kondisi panik dan tidak memungkinkan Herman untuk masuk ke dalam.
Saat ini dia mengaku masih trauma. Dia masih fokus untuk menyembuhkan luka di kepalanya serta tulang di bagian belakang yang terkena batu.(**)