TOTABUAN.CO BOLMONG – Kasus Stunting atau kurang gizi masih menjadi pekerjaan rumah bagi Pemkab Bolaang Mongondow (Bolmong).
Berdasarkan data sebaran, terdapat 89 balita di bawah 5 tahun masih mengalami masalah gizi. Angka tersebut tersebar disejumlah kecamatan, salah satunya di Kecamatan Lolayan yang paling tinggi.
Berbagai upaya telah dilakukan guna menanggulangi masalah balita pendek oleh pemerintah. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan pemantauan perkembangan status gizi balita melalui penimbangan setiap bulan di posyandu, Puskesmas dan Rumah Sakit.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Bolmong sepanjang tahun 2020, jumlah kasus balita stunting di Kecamatan Lolayan mencapai 102 kasus. Jumlah tersebut tersebar di dua desa yakni Desa Tanoyan dan Desa Tungoi.
Di Desa Tanoyan misalnya, dari 1.232 bayi yang lahir, terdapat 88 bayi yang mengalami Stunting. Begitu juga di Desa Tungoi dari 170 bayi yang lahir, 15 diantaranya mengalami stunting.
Namun seiring waktu berjalan, upaya terus dilakukan penanganan dan mulai berkurang. Di Desa Lolayan misalnya, dari jumlah 88 kasus stunting, 23 dinyatakan normal sehingga tinggal menjadi 65 kasus. Sedangkan di Desa Tungoi dari 15 kasus stunting, 7 diantaranya dinyatakan normal dan sisa 8 kasus.
Angka ini didasarkan atas upaya yang dilakukan pemerintah lewat pemberian makanan bergizi serta kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan lewat Posyandu di setiap wilayah.
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. Sehingga mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau pendek (kerdil) dari standar usianya.
Penyebab stunting dapat terjadi karena kondisi ibu yang kurang asupan gizi dan sering mengalami kurangnya sel darah merah atau anemia. Sementara, bila tidak mendapat asupan gizi yang cukup saat hamil, dapat memperparah kondisi bayi.
Pertumbuhan anak tidak hanya dilihat dari berat badan, tetapi juga tinggi. Pasalnya, tinggi badan anak adalah salah satu faktor yang menandai stunting dan menjadi penanda apakah nutrisi anak sudah tercukupi atau belum.
Mengutip dari Buletin Stunting yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI, stunting adalah kondisi yang ditandai ketika panjang atau tinggi badan anak kurang jika dibandingkan dengan umurnya.
Mudahnya, stunting adalah kondisi di mana anak mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan tubuhnya lebih pendek ketimbang teman-teman seusianya.
Banyak yang tidak tahu kalau anak pendek adalah tanda dari adanya masalah gizi kronis pada pertumbuhan bayi.
Terlebih lagi, jika kondisi ini dialami oleh anak yang masih di bawah usia 2 tahun dan harus segera ditangani dengan segera dan tepat.
Anak masuk ke dalam kategori stunting ketika panjang atau tinggi badannya menunjukkan angka di bawah -2 standar deviasi (SD).
Menurut Kepala Bappeda Bolmong Taufik Mokoginta, pemerintah telah menetapkan 19 desa yang ada di 7 kecamatan yang menjadi target prevalensi stunting pada 2021.
Untuk Kecamatan Lolayan yakni Desa Mengkang, Desa Mopusi, Desa Tanoyan Selatan, Desa Matali Baru, Desa Bakan, dan Desa Tanoyan Utara
Kecamatan Dumoga Barat meliputi yakni difokuskan di tiga desa yakni Desa Doloduo Dua, Desa Doloduo Tiga dan Desa Matayangan.
Kecamatan Dumoga Utara difokuskan di Desa Mopuya Utara 2 dan Desa Tumokang Timur.
Kecamatan Dumoga Timur yakni di Desa Tonom dan Desa Amertha Sari. Kecamatan Bolaang yakni Desa Solimandungan Satu. Untuk Kecamatan Lolak difokus di dua desa yakni Desa Totabuan dan Desa Solog. Sedangkan Kecamatan Sang Tombolang difokuskan di Desa Domisil.
Sedangkan prevalensi stunting pada 2022 difokuskan di 14 desa yang ada di lima kecamatan. Yakni Kecamatan Bolaang yakni di Desa Solimandungan Dua.
Kecamatan Dumoga Barat diantaranya Desa Mekaruo dan Toraut Utara.
Kecamatan Dumoga Timur difokuskan di Desa Dumoga Dua.
Kecamatan Dumoga Utara terdapat tiga desa yakni Desa Mopugad Utara Satu, Desa Mopugad Selatan Satu dan Desa Mopuya Selatan Satu.
Kecamatan Dumoga Utara di Desa Tumokang Baru, Desa Mopuya Selatan, Dondomon Utara dan Desa Mopugad Selatan. Sedangkan Kecamatan Lolak terdapat tiga desa yakni Desa Lalow, Desa Totabuan dan Desa Diat.
Taufik menambahkan, telah menetapkan 14 intervensi gisi spesifik sebagai upaya pencegahan stunting yang berfokus pada kelompk sasaran
Seperti Ibu Hamil, meliputi pemberian makanan tambahan pada ibu hamil dan mengatasi kekurangan zat besi dan asam folat. Mengatasi kekurangan Iodium, menanggulangi kecacingan pada ibu hamil dan melindungi ibu hamil dari Malaria.
Untuk intervensi ibu menyusui dan anak usia 6 bulan seperti, mendorong inisiasi menyusui dini, mendorong pemberian ASI Eksklusif. Sedangkan intervensi ibu menyusui dan anak usia 6 bulan hingg 2 tahun yakni mendorong pemberian ASI hingga usia 23 bulan didampingi oleh pemberian MP-ASI. Menyediakan obat cacing, menyediakan suplementasi Zink, Melakukan fortifikasi zat besi ke dalam makanan, memberikan perlindungan terhadap malaria, memberikan imunisasi lengkap serta melakukan pencegahan dan pengobatan diare. (*)