TOTABUAN.CO BOLMONG —Sabung ayam di Desa Mopugad Krcamatan Dumoga Utara bukan sembarang adu jago. Warga menyebutnya “big game.” Dalam satu hari pertandingan, taruhan bisa mencapai Rp1 miliar, dengan ratusan orang menyesaki empat arena yang telah disiapkan panitia tiga untuk sabung ayam “box” dan satu untuk “ayam pisau”.
Karcis masuk, Rp50.000 per kepala. Tak hanya pemain lokal, tamu-tamu dari luar daerah ikut datang meramaikan.
“Panitianya berani undang tamu luar daerah. Karena aman. Tak pernah dibubarkan,” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Aktivitas ini terjadi di ruang terbuka, bahkan hampir berlangsung secara rutin, namun tak pernah disentuh aparat. Warga pun mulai bertanya-tanya: apakah hukum sudah kehilangan taringnya, atau ada ‘penjaga’ tak kasat mata di balik layar.
“Kami sudah sangat resah. Ini bukan lagi hiburan, tapi sudah mengganggu keamanan,” ujar tokoh masyarakat setempat.
Lebih dari sekadar perjudian, warga khawatir sabung ayam ini akan merusak moral anak muda, meningkatkan kriminalitas, dan menimbulkan gesekan sosial.
Bahkan muncul kekhawatiran bahwa arena ini mulai melibatkan praktik lain yang lebih berbahaya—pinjaman ilegal, premanisme, hingga pengaruh oknum.
Polres Bolmong memang sebelumnya aktif menggencarkan razia sabung ayam di beberapa wilayah. Namun, hingga berita ini dibuat, belum ada tindakan nyata terhadap kegiatan di Mopugad, meski laporan dari warga terus berdatangan.
Fenomena Mopugad menyingkap lebih dari sekadar praktik perjudian. Ia memperlihatkan rapuhnya sistem hukum di daerah, lemahnya pengawasan sosial, dan besarnya pengaruh uang dalam menekan suara rakyat.
Meski di satu sisi, ekonomi lokal bergerak warung ramai, parkiran penuh, dan warga kecil kecipratan rezeki. Tapi di sisi lain, nilai-nilai kebersamaan, keamanan, dan moralitas mulai digerus secara perlahan.
Meski kecewa, warga belum menyerah. Mereka meminta perhatian serius dari Polres Bolaang Mongondow dan pemerintah daerah untuk turun langsung ke lapangan, bukan hanya menunggu laporan di meja.
“Kami tidak anti hiburan, tapi ini sudah melampaui batas. Jangan sampai masalah ini memicu konflik yang lebih besar,” tambah warga yang meminta namanya tidak dipublis.
Desa Mopugad, yang dulunya dikenal sebagai wilayah pertanian dan ketenangan, kini berubah menjadi pusat perjudian bernilai miliaran. Warga hanya bisa berharap: suara mereka tak kalah oleh deru sorak sabung ayam dan gemerincing taruhan besar. (*)