TOTABUAN.CO BOLMONG — Warga yang ada disejumlah desa di Kecamatan Dumoga Barat Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) mengeluh atas harga bahan bakar minyak (BBM) dan gas elpiji berukuran tiga kilogram. Disaat musibah banjir yang menyebabkan putusnya jembatan, para pengecer memanfaatkan untuk menaikan harga.
Putusnya jembatan Kosio Jumat (24/7), oknum-oknum mengambil keuntungan dengan menaikan harga yang tinggi. Seperti gas elpiji ukuran tiga kilgram yang seharunsya hanya 18 ribu pertabung di pangkalan, kini dijual 85-90 ribu rupiah pertabung. Begitu juga dengan harga eceran BBM jenis premium, saat ini sudah dijual dari 20-25 ribu perliter.
“Kami minta pemerintah untuk melakukan penertiban oknum-pknum yang memanfaatkan kondisi saat ini. Elpiji ukuran tiga kilogram saja sudah tembus 90 ribu pertabung,” ujar Nur warga Doloduo.
Warga sesalkan, dalam kondisi saat ini, masih ada para penjual yang memanfaatkan situasi dengan mencari keuntungan besar.
Padahal harga gas di pangkalan jelas terterah harga eceran tertinggi (HET) hanya 18 ribu rupiah pertabung.
Bukan hanya itu, selain BBM dan gas elpiji, harga cabe saat ini sudah mulai dijual 100 ribu rupiah perkilogram. Mereka mengaku sementara akan beralih ke kayu bakar. Namun sebagian terpaksa harus mencari meski dalam kondisi apapun.
“Padahal baru satu, jembatan putus, tapi kondisi ekonomi di Kecamatan Dumoga Barat sudah memprihatinkan. Harga untuk keperluan di dapur naik gila-gilaan,” tambahnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bolmong Toni Toligaga mengatakan, sudah turun bersama tim ke lapangan untuk melakukan kroscek. Dia menagatakan, telah meminta Pertamina untuk menambahkan stok elpiji ke wilayah Dumoga Bersatu.
“Memang tak bisa dipungkiri ada oknum-oknum yang memanfaatkan situasi untuk menaikan harga. Tapi disatu sisi, ini merupakan kebutuhan,” kata Toni.
Dia memastikan stok BBM dan gas elpiji sudah akan di drop ke Dumoga dari Pertamina. “Yang jelas kita sudah lakukan tracking di sejumalah titik. Mana yang kehabisan dan akan di drop,” tandasnya. (*)