TOTABUAN.CO BOLMONG— Dinas Pertanian Kabupaten Bolaang Mongondow (Bolmong) akan terus mempertahankan hasil produksi jagung dan gabah kering. Di mana pada 2016 lalu, produksi jagung mencapai 250 ribu ton. Sedangkan untuk produkis gabah kering pada 2016 lalu mencapai 325 ton.
Kepala Dinas Pertanian Bolmong Taufik Mokoginta mengatakan, dari perhitungan capaian produksi jagung dan gabah kering, jika dihitungan denan harga beli, uang yang berputar di tangan petani mencapai 1.3 triliun rupiah.
“Untuk hasil pruduksi jagung jika dikali harg Rp2500 per kilog, makan total dana yang beredar di tangan petani jagung 625 Miliar,” katanya.
Sedangkan khusus gabah, produksi pada 2016 lalu, berjumlah 325.000 ton. Gabah keringa panen dibeli dengan harga Rp4200 perkilogram. Maka total dana ditangan petani mencapai 1.3 Triliun. “Dengan demikian petani Bolmong betul-betul mandi duit,” paparnya.
Taufik menambahkan,sebagai salah satu lumbung beras di Sulut, Bolmong terus berkomitmen untuk menjaga dan meningkatkan produksi jagungnya. Upaya intensifikasi dan ekstensifikasi terus dilakukan demi memenuhi kebutuhan dan capaian swasembada.
Sebagai komoditas pangan strategis, kegunaan jagung tidak hanya terbatas sebagai sumber pangan karena memiliki nilai nutrisi dan kalori yang lebih baik daripada padi. Tapi, juga sebagai bahan baku utama industri pakan ternak dan energi. Untuk itu, permintaannya sendiri juga terus naik dari tahun ke tahun.
“Permintaan jagung akan terus terjadi sejalan dengan pertambahan penduduk dan perbaikan kesejahteraan. Kenaikan konsumsi hewani khususnya daging ayam dan telur menambah kebutuhan jagung sebagai bahan baku industri pakan,” ujarnya.
Dengan meningkatnya mutu hasil panen, maka petani akan lebih mudah dalam memasarkan hasil panennya. “Industri pakan ternak sendiri juga akan lebih mudah untuk memperoleh bahan baku jagung yang berkualitas sesuai standar baku yang ditetapkan,” ujarnya.
Untuk produksi gabah kering Dinas pertanian memastikan pada 2017 akan naik. Pada 2016 lalu yang mencapi 325.000 ton, dipastikan akan naik mendekati empat ratus ton.
Taufik mengatakan, kenaikan itu disebabkan iklim relatif lebih baik dibandingkan tahun lalu. Pada 2016, produksi padi naik tipis karena gangguan bencana kekeringan dan banjir. Sepanjang tahun ini iklim relatif lebih baik.
Penulis: Hasdy